Soal Titip Absen (Lagi)


Lagi-lagi saya mau ngomongin soal nitip absen. Tapi memang saya benar-benar anti soal titip absen, walaupun kalau lagi ngerjain tugas saya suka nyontek teman. Saya anggap tugas memang pekerjaan yang masih bisa dianggap pekerjaan yang bisa didiskusikan dengan teman, bukan pekerjaan sendiri. Begitu bukan? Wajar.

Nitip absen ini sering saya lihat di kuliah-kuliah walaupun nggak banyak, baik di prodi sendiri atau di prodi luar atau yang bareng prodi luar. Rasanya apa banget gitu lihat anak-anak dengan gampangnya nitip basen sama temannya. Mungkin dasarnya solidaritas? Hmm tunggu dulu. Bertolong menolonglah dalam hal kebaikan, tidak dalam kemungkaran.

Beberapa hari yang lalu saya ngerasain hal yang nggak ngenakin soal nitip absen. Bukan saya yang coba-coba untuk nitip absen lalu ketahuan, tapi saya ngerasain bagaimana dititipabsenin sama karyawan sendiri.

Sebagai seorang kadiv Tokema, segala hal yang berkaitan tentang operasional Tokema menjadi tanggungjawab saya. Termasuk dalam hal kontrol kedisiplinan karyawan Tokema. Ceritanya gini,

Jum’at jam setengah 3 siang saya masuk Tokema, menyapa beberapa karyawan yang sedang bertugas. Basa-basi mengenai bagaimana hari ini, ada apa? Ramai nggak? Seberapa omset? Wah nggak sesuai target ini, dll. Di waktu saya beranjak masuk, tiba-tiba salahsatu karyawan memanggil lagi, ada hal yang ingin dia laporkan.

Panggil saja itu Pak P. Pak P ini memberikan laporan kalau Pak I sore ini telat lagi buat datang. Dan ajaibnya dia bilang absennya sudah terisi. Kata dia tadi siang ada yang ngabsenin dia. Maksudnya nitipin absen dia. Jadilah saya langsung cek absensi di sekre Tokema. Rupanya memang sudah terisi. Kata Pak P juga katanya ternyata Pak I baru datang jam 3.

Kebetulan juga ini masih jam setengah 3, coba saya buktiin. Apa akan sesuai infonya? Tepat! Ternyata pas jam 3 baru Pak I ini datang. Dengan muka lusuh, dia datang. Kemudian saya tanyain dia, kenapa baru datang, ternyata alasannya macem-macem. Belum sempet saya nyerang soal titp absen saya sudah diserang diskusi soal lain sama  dia, ujung-ujungnya debat. Ya sudah akhirnya saya skip ngomongin titip absen dan mencoret absennya.

Rasanya amat sangat getir bung. Kita telah berjuang mikirin bagaimana mereka kami usahakan naik gajinya supaya makin sejahtera, tapi nyatanya buat disiplin aja susah. Untuk absen aja nitip. Mana usaha ini akan bagus? Akan kembali sukses? Dan sekali lagi saya tekankan saya membenci titip absen. Saya menghargai kerjasama, asal itu produktif. Boleh solidaritas, tapi kalau buat bohong, apa gunanya? Rugi. Setidaknya kalau anda pekerja disebuah perusahaan, yang rugi perusahaan anda. Jika anda mahasiswa, yang punya perusahaan ya diri anda sendiri.

Setidaknya saya sudah merasakan betapa merugikannya perbuatan tidak jujur ini. Apalagi kemudian melibatkan teman lain? Nyontek pakai contekan sendiri saat ujian walaupun itu buruk menurut saya lebih baik daripada harus mencontek teman sempingnya. Saling minta diajari soal tugas itu fine dan bagus-bagus aja. Tapi kalau sudah ada aturan yang melarang, ya harus dipatuhi. Cobalah mengerti mekanisme yang mereka buat tentulah sudah disediakan supaya mengakomodasi kepentingan bersama, atau paling tidak tidak memihak pada salahsatu kubu di level bawah. Masa kita cederai dengan berlaku timpang dan tipu-tipu dalam satu level?

Yang satu enakan tidur di kosan yang satu susah payah pagi-pagi ngampus buat paling tidak dengerin beberapa patah kata dosen yang mengajar, walaupun terus tidur. Mari kita berlaku adil sejak dalam pikiran hingga tindakan.

Touring : Goa Pawon – Waduk Jangari


Sabtu (07042012) 16 orang anggota grup touring berangkat ke Goa Pawon (Kabupaten Bandung Barat) dan Waduk Jangari (Cianjur), Jawa Barat. Ada 9 motor yang kami pakai. Keberangkatan dijadwalkan jam 8 pagi.

Jam 8 pagi kita belum lengkap, sedikit menunggu sampai jam 9an. Sampai akhirnya lengkap, kami berangkat.

image

Goa Pawon sendiri merupakan bagian dari Karst Citatah, salahsatu situs geologi yang cukup unik. Jalan ke Gua Pawon didominasi oleh jalanan ramai dari ITB sampai Padalarang. Dilanjutkan jalan kecil yang bermaterialkan batu-batu. Naik turun cukup terjal, untungnya cuma sebentar, tidak seperti pas dari Citambur.

Sampai disana tersembul singkapan batuan-batuan yang unik. Suasananya sepi dan cuaca panas, hari yang mendung. Kira-kira kita di sana jam 11an. Baru masuk, aroma tai kampret sudah kemana-mana. Goanya cukup besar, sayangnya tidak dalam. Tidak ada stalagtit atau stalagmit yang bagus seperti di goa alami tempat lain, tapi segi lika-likunya cukup bagus.

Sampai siang kami berada di sana, sambil nyantai di saung kita mikirin habis ini mau kemana. Sambil nungguin pada gantian sholat ada juga yang minta jambu biji ke rumah penduduk. Kebetulan di dekat musholla terdapat pohon jambu biji yang sedang berbuah dan buahnya lebat. Hmm cukup berkesan, bisa menemukan buah yang bisa ngambil langsung dari pohonnya.

goa pawon

Jam dua kira-kira kami cabut. Keputusannya kita akan terus pergi ke arah Cianjur, baru kalau nemu tempat makan yang bagus dan sesuai minat, kita mampir. Beberapa anak ingin makan Gurame bakar, termasuk saya. Akhirnya kita berangkat ke sepanjang jalan ke Cianjur.

Terus terang ke jalan menuju Cianjur adalah pertama kali bagi saya. Dulu pernah lewat namun menggunakan bis dan itu malam. Jadi waktu itu tidur. Sepanjang jalan lumayan lancar, motor kita pacu diatas 60 kmpj. Cukup teratur barisan kami.

Di jalan kami juga cukup terhibur, ada dua sungai paling tidak yang menurut saya menarik. Citarum, dalam dan lebar. Sungai yang mengelilingi Bandung. DASnya sebagai penopang kehidupan Bandung. Dari air minum sampai limpasan banjir.

Sampai pertigaan Selajambe kami berhenti. Khai terpikirkan sesuatu. Ke kanan ada objek yang menarik sepertinya. Akhirnya kami belok ke kanan.

Jalanan mulus dan sepi kami libas dengan menyenangkan. Rupanya kami bertemu sebuah objek wisata. ‘Waduk Jangari’ namanya. Plang selamat datang, dan kita harus bayar 20 ribu. Ya 20ribu untuk 16 orang. Waduk Jangari ternyata bagian dari Waduk Cirata.

Kami sampai juga di waduk itu. Waduknya tidaklah kecil, isinya cuma air yang penuh dengan budidaya ikan. Di pinggir jalan nampak tempat makan yang cukup menarik untuk disinggahi. Kesemuanya menawarkan ikan bakar. Tepat sekali dengan kebutuhan kita yang ingin makan ikan bakar.

Akhirnya kami singgah di tempat makan yang letaknya di tepi waduk. Tapi sayangnya di sini memang tidak ada Gurame. Akhirnya kami cuma beli 2 kilo untuk Nila dan 2 kilo untuk Bawal.

Akhirnya semua makan, semua kenyang. Dan kita pulang maghrib. Berkali-kali dengan mudahnya kita nyalip mobil dan truk. Diakui beberapa teman langganan rutin Touring, pola touring kali ini paling enak. Kecepatannya stabil diatas 50 kmpj dan posisinya tidak jauh-jauh.

Walau tempatnya tidak terlalu spesial, touring kali ini sangat menyenangkan. Selain karena jumlahnya yang banyakan, juga karena kita naik motor dengan pola yang yang pas mantap. Ide-idenya pun banyak bermunculan di sini. Termasuk membuat Grup Touring Magazine ini lebih terstruktur. Memiliki pembiayaan rutin, sampai mau bikin rompi atau jaket.

photo by @alkindirizky