Huriput : Perjuangan Ekonomi Warga Cihurip


Huriput

Tahun ini KKN Tematik ITB resmi meluncurkan tema Industri, Koperasi, dan Bahan Mentah sebagai pengembangan tema Ekonomi yang KKNT tahun tahun lalu juga sudah ada. Berbeda dengan gerakan tema ekonomi tahun lalu yang terbatas pada kajian potensi, tahun ini KKNT mencoba lebih bergerak nyata membangun perekonomian mereka.

Potensi Yang Belum Tergarap

Potensi ekonomi RT 1 dan 2 Cihurip ini antara lain produk pertanian, perikanan dan perkebunan dengan skala kecil. Minimnya orang-orang yang mau mengolah menjadi produk jadi yang bernilai lebih menjadi problem utamanya. Pada akhirnya, mereka menjual hasil buminya ke tengkulak sehingga nilai jual yang mereka dapatkan masih rendah, bahkan jauh dari standar bahan mentah di pasar.

Mengenai tengkulak, amat disayangkan sekali hampir seluruh hasil bumi yang mereka punyai dijual kepada tengkulak. Minimnya akses ke pasar terdekat yakni Cikajang yang harus ditempuh dalam waktu satu setengah jam menjadi sebab utama. Akses jalan rusak juga menurunkan motivasi warga untuk berani keluar dari zona nyamannya bergantung pada tengkulak.

Monopoli Tengkulak

Parahnya lagi, tengkulak ini tidak hanya menguasai pembelian, tetapi juga penjualan. Setelah semua hasil bumi warga dibeli murah, sekarang giliran tengkulak menjual kebutuhan lain yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri dengan harga yang tinggi. Misalkan saja daging ayam, ketika di pasar harganya hanya berkisar dua puluh lima ribu perkilo, di Cihurip mencapai empat puluh ribu perkilo.

Pada intinya Cihurip yang akan kami kembangkan melalui KKN Tematik ini kondisi perokonomiannya masih mirip seperti zaman VOC dulu. Terjadi monopoli pasar yang dilakukan oleh tengkulak yang sifatnya tunggal tanpa ada persaingan pasar. Apalagi dengan struktur kemasyarakatan yang ada membenarkan adanya perihal monopoli di atas.

Perubahan

Perlu adanya revolusi dalam bidang ekonomi yang mampu mengubah perekonomian desa tanpa mengandalkan struktur kemasyarakatan yang sudah ada. Setidaknya, dimulai dari cara yang paling inferior seperti merekayasa pemikiran mereka untuk bangkit. Dengan memunculkan sebuah unit usaha kecil menengah di sana, kami berharap timbul impuls yang mampu menggerakkan warga untuk berubah.

Dari Memberi Nilai Tambah Hingga Watak Wirausaha

Berdasarkan tujuan dibentuknya tema ekonomi KKN Tematik ITB 2012 ini ada dua poin utama yang menjadi nyawa gerak kami. Pertama, mengolah hasil bumi Cihurip menjadi barang yang lebih bernilai. Kedua, merekayasa pemikiran supaya muncul mental-mental wirausaha di kalangan masyarakat di sana untuk selanjutnya mampu membangkitkan perekonomian.

Dari dua poin di atas, muncul lagi poin tambahan tujuan seperti memberikan penghasilan tambahan bagi pelaku UKM ini. Adapun tujuan penulis pribadi harapkan, apabila UKMnya nanti ketika kami tinggalkan bisa sukses, produk yang mereka hasilkan akan terlihat oleh mata pemerintah daerah setempat sehingga pada nantinya kepedulian terhadap daerah ini meningkat dan dampaknya muncul pembangunan di sektor lain seperti infrastruktur jalan, pasar dan lain-lain.

Pemberdayaan Kaum Wanita

UKM yang kami buat sudah memperhatikan potensi manusia juga. Dari hasil observasi, didapat kesimpulan 80% perempuan cihurip memiliki waktu kosong setiap harinya. Adapun kegiatan yang mereka kerjakan adalah mengasuh anak, melaksanakan pekerjaan rumah tangga, merawat rumah, dan sisanya hanya berkumpul menggosip dengan tetangga atau menonton televisi.

Maka dari itu, kami mencoba memberdayakan mereka sebagai tenaga dan pengurus UKM serta beberapa orang pemuda sebagai penghubung dengan faktor luar seperti logistik dan pemasaran.

Dimulai Dari Diskusi

Kegiatan yang paling pertama kami adalah mengumpulkan ibu-ibu, mendiskusikan kira-kira jenis usaha apa yang tetap membawa nilai tambah pada hasil bumi yang dihasilkan dan juga warga bisa lakukan. Dari hal-hal tersebut akhirnya muncullah gagasan produk yang akan kita buat adalah makanan khas Cihurip dan beberapa hasil olahan Lele yang sedang dikembangkan juga budidayanya oleh kelompok lain dalam KKNT kali ini.

Riset produk menjadi agenda rutin setelahnya. Ibu-ibu ditatar membuat berbagai olahan lele serta menunjukkan kebolehannya membuat makanan khas Cihurip seperti wajit, kremes dan ranginang.

Setelah siap produksi, yang kami lakukan adalah membentuk organisasi yang akan menaungi produksi ini. Rancangan sistem benar-benar menjadi bagian utama kegiatan kami. Sambil memberi pelatihan-pelatihan keorganisasian, kami juga membuatkan struktur kepengurusan.  Selain itu kami juga telah melahirkan nama bagi usaha mereka ini, yaitu Cihurip Food  atau kita singkat dengan logat khas sunda menjadi ‘Huriput’.

Setelah semua itu ada, kami buatkan pula regulasi-regulasi penunjang kegiatan usaha. Yang menjadi kendala di sini tentunya adalah masalah kualitas sumber daya manusia. Bukan mereka tidak cerdas secara intelegensia, namun mereka benar-benar bukan orang yang mendapat pendidikan secara formal. Kami harus mencari metode-metode khusus dalam penyampaian masalah regulasi ini. Misalkan masalah prosedur kerja standar atau SOP, mereka harus benar-benar didampingi dan melakukan simulasi bersama-sama dengan kami. Yang paling pelik ketika kami membicarakan soal penggajian dan sisa hasil usaha pada mereka. Mengenai gaji, mereka akhirnya menerima sistem yang kami tawarkan. Tapi untuk pembagian sisa hasil usaha sesuai juga dengan harapan pribadi penulis, alangkah baiknya bisa diselesaikan secara musyawarah.

Tidak Melupakan Prinsip dan Nilai Koperasi

Yang tentu tidak lupakani adalah memasukkan prinsip-prinsip dan nilai koperasi sebagai landasan usaha mereka supaya UKM ini bisa mandiri dan dimiliki seluruh warga. Kita sendiri tahu, ditengah terjangan zaman modal, sebuah badan usaha akan mudah sekali diprivatisasi pemilik modal. Hal inilah yang tidak kami inginkan terjadi pada UKM ‘Huriput’.

Terakhir, setelah semuanya bisa berjalan, kami mencarikan pasar bagi produk mereka. Sembari mengajak warga juga untuk turut mencari pasar bagi produk Huriput, kami juga berencana membuat pasar sendiri di area Bandung yang geraknya akan mengandalkan alumni-alumni KKN Tematik ITB ini.

Foto Bersama Ibu-Ibu Huriput

Foto Bersama Ibu-Ibu Huriput

Pelatihan Dan Sosialisasi Bersama Ibu-Ibu Huriput

Pelatihan Dan Sosialisasi Bersama Ibu-Ibu Huriput

Sosialisasi Ke Seluruh Warga Perihal Huriput

Sosialisasi Ke Seluruh Warga Perihal Huriput

 

Timeline Usil Selama 2 Minggu :D

Timeline Usil Selama 2 Minggu 😀

 

Seminggu berlalu…

Seminggu sepulang KKN, penulis telah mengamati beberapa poin penting dari keberjalanan warga setelah seminggu kami tinggalkan. Antaralain mereka sudah mendapatkan dua pasar tetap yang responnya sangat bagus. Padahal yang kami tinggalkan hanya satu pasar yang sifatnya masih percobaan.

Dari ITB sendiri juga ternyata terdapat respon positif mengenai produk UKM ‘Huriput’ ini. Beberapa acara kampus siap menggunakan produk binaan KKN T ITB ini sebagai konsumsi acara mereka. Selain itu, pre order yang digalakkan oleh alumni KKN juga tidak mengecewakan. Sebagai info juga, Tim KKN T ITB 2012 juga akan hadir di OHU sebagai ajang eksibisi dan memotivasi mahasiswa untuk lebih dekat dengan pengabdian masyarakat, dan tentunya memberi branding produk Huriput.

Terus Diawasi

Sejauh ini, ekspektasi kami terhadap UKM ‘Huriput’ sebenarnya agak pesimis. Tapi melihat sejauh ini mereka bisa menghasilkan produk yang orang bagus, ini bisa menjadi daya yang potensial untuk terus berkembang. Yang tetap perlu dilakukan adalah kontrol dan pengawasan terhadap mereka. Semoga sistem pengontrolan dari ITB yang telah kami upayakan lewat regulasi bisa berjalan semestinya sehingga ‘Huriput’ bisa benar-benar mandiri.

Harapan kami kedepannya tentu UKM ‘Huriput’ ini semakin besar dan memberi dampak peningkatan perekonomian warga Cihurip. Tujuan lain supaya Cihurip lebih dilihat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah sehingga pemerataan pembangunan bisa terwujud.

UKM ‘Huriput’ diharapkan juga bisa mengolah produk lain lagi yang lebih memanfaatkan hasil bumi Cihurip sehingga tak perlu mereka jual murah pada tengkulak atau jauh-jauh ke pasar Cikajang yang jaraknya satu setengah jam perjalanan dengan jalan yang berliku-liku. Semua demi kesejahteraan bersama.

Kesejahteraan bersama juga yang menjadi fokus penting kami pada awalnya, yakni membentuk manusia-manusia yang memiliki jiwa wirausaha. Bukan hanya wirausahawan bermental tengkulak, tapi juga wirausahawan bermental koperasi yang senantiasa mampu mewujudkan kesejahteraan bersama melalui usaha bersama pula.

Terakhir, perlu diingat juga kami hanya melakukan hal kecil yang mungkin hanya sebagai impuls kebangkitan. Bangkitnya Cihurip ada di tangan mereka sendiri. Kami sebagai orang luar hanya mampu menularkan semangat dan ilmu yang kita dapatkan di kampus. Perlu ada gerakan-gerakan lain seperti supervisi, pengawasan, dan pelatihan, serta pembinaan lain dari pihak-pihak ITB seperti himpunan, unit atau kabinet KM ITB serta Lembaga Kemahasiswaan.

 

Opini : Kaderisasi Pengobyek


Fenomena ngobyek di even kampus semakin menguat. Hal ini cukup menggelitik dan unik untuk dituliskan. Terutama jika dikaitkan dengan mental para pemimpin kita. Ya, mental para menteri dan wakil rakyat kita yang sukangobyek proyek pemerintah.

Sudah setahun saya menjadi staf souvenir Tokema, kerjaan saya mencari proyek pembuatan souvenir di even-even kampus. Hasilnya tidak memuaskan, atau memang usaha saya yang masih kurang jadi proyek yang bisa saya tangani baru beberapa saja. Kendala yang saya hadapi paling banyak ada di internal kepanitiaan itu sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan, soalnya ada di luar sistem.

Kepanitiaan sebuah acara setingkat mahasiswa akan jadi obyek nomplok bagi beberapa ENTREPRENEUR MUDA kampus ini. Ambil saja kasusnya pengusaha pembuatan kaos atau merchandise. Acara kampus pastilah menjadi sasaran empuk percobaan diri menjadi pengusaha tingkat pembuat kaos.

Ketika saya coba tawarkan Tokema sebagai vendor pembuatan atribut kegiatan atau identitas, seringkali jawaban yang saya dapat dari divisi produksinya sudah mendapat vendor. Tergelitik merasa penasaran, brand manakah yang mampu mengalahkan pamor Tokema di kampus ini? #sombong

Telisik mengusut, ternyata ada oknum tertentu dalam internal kepanitiaan yang sudah pasang badan di depan divisi produksi “saya bisa bikin tuh kaos”. “Saya punya brand, bisa murah dan hasilnya oke”, katanya. Pas saya tanyakan apakah ada semacam buka tender buat vendor produksi tersebut? Jawabnya mengecewakan. Untuk kegiatan kecil mungkin bisa ditolerir, tapi untuk yang skalanya nasional atau menyangkut hajat hidup seluruh massa kampus, ternyata tidak ada open tender. Padahal dari tetua dulu bilang biasa kita Tokema masuk tender produksi, walau kadang kalah oleh produsen sebelah, tapi setidaknya ada.

Mungkinkah fenomena pemimpin yang suka ngobyek adalah hasil dari masa muda yang seperti ini? Sering kita mendapat laporan kalau proyek-proyek milik pemerintah menjadi makanan empuk perusahaan milik pemimpin-pemimpinnya. Inikah fenomenanya?

Hukumnya ngobyek itu apa saya juga kurang tahu. Haram seperti korupsi, atau mubah? Mungkin jika memang dia jujur ngobyek untuk kepentingan umum dan tidak mengambil keuntungan pribadi mungkin itu boleh, tapi tidak jarang saya pikir ada penambahan nilai atau marginasi harga. Lebih oke lagi kalau bilangnya itu harga dari produsen, tapi nantinya dia dapet insentif khusus dari produsen. Ya yang cukup parah ya apabila perusahaan yang menanganinya memang perusahaan milik salahsatu panitia, persis para dewan-dewan yang duduk di kursi panas senayan pastinya. Seperti proyek-proyek pembangunan fasilitas macam WC, gedung baru dan lain-lain.

Mental. Semuanya kembali pada mental bangsa kita, manusianya. Mental yang dibentuk di jaman kuliah adalah mental pengobyek, tidak bisa disalahkan bila nanti dia memegang jabatan di eksekutif atau legislatif mereka akan menjadi manusia-manusia penggerogot anggaran. Bahkan bila memang menggiurkan, cara-cara seperti suap menjadi alternatif mendapatkan obyekan.

Segalanya masih penuh misteri, apakah iya mental pengobyek tersebut sudah tumbuh sejak masa kuliah kini? Saya pikir iya. Inilah pembelajaran yang mesti kita pertanyakan. Kadang pembelajaran menjadi pengusaha di kampus begitu kuat, tapi ketika mereka sudah menjalankan bisnisnya, mereka akan bertemu dengan fenomena-fenomena semacam ini. Lalu apakah mereka akan menganggap hal ini sebagai sesuatu yang ringan? Lalu enteng-enteng saja menerobos demi kelangsungan bisnisnya? Atau berpikir panjang dulu, merasa menjadi sebuah beban dosa?

Kepada manusia yang mengaku entrepreneur muda, apakah kalian memahami ini? Ini bukan hal yang remeh, ini soal moral dan mental. Semoga kalian menjadi orang yang bijaksana menentukan pilihan. Mari kita hidup dalam sebuah kejujuran dan keterbukaan, menyambut indonesia yang jujur, tanpa obyek mengobyek.

Opini : Menilik Kembali Ancaman


Sebuah ancaman itu kian nyata, sudah dekat seperti maut. Sekali sentuh, mati.

Beginilah dunia jika manusia sudah lupa pada sesama. Jerat modal membuat negeri memikirkan diri sendiri. Modal yang bagimana? Modal atas segala pembangunan di eranya. Salah? Pasti. Pernah kulihat di sebuah tayangan kabar buruk, bahwa dunia nanti akan dikuasai korporasi, bukan pemerintahan. Sekali lagi ancaman terbesar ada pada dunia ekonomi. Neoliberalisme menantang dengan congkak. “Siapa lawan kami selanjutnya setelah kita mampu mengontrol kebijakan?”

Bukankah kalian sudah mengamati, sekian banyak orang terkaya di dunia itu berdarah zionis. Mereka bukan lama lagi akan menguasai dunia melalui pemodalan. Uang yang mana menjadi tujuan hidup kita. Di tanah indonesia bukan hal yang baru, tentu sudah muncul sedari kemerdekaan. Kini kalau kalian melihat Papua, melalui Freeport mereka memodali eksploitasi. Hingga ketika ada perselisihan dengan gampangnya mereka mengerahkan polisi yang mutlak pertanggungjawabannya ke pemerintah cukup dengan pemberian insentif yang menggiurkan.

Dari platform perjuangan organisasi kami jelas nyata sekali bahwa kedaulatan politik bukan lagi yang utama untuk kita perjuangkan. Yang perlu mendapat perlu mendapat perhatian utama yakni kedaulatan ekonomi. Bagaimanapun terbentuknya era imperialisme dan kolonialisme baru yang kita sering sebut neokolonialisme dan neoimperialisme itu berawal dari neoliberalisme.

Manusia dibuat miskin dengan konsumsi maksimal, atau ketika sedang dimiskinkan oleh Tuhan atau maksud saya terkena bencana alam, diberi asupan yang maksimal dalam bentuk pinjaman lunak. Dengan segala keterbatasan manusia yang berkodrat individualis, gampang saja pemodal mengatur dan menggerakkan yang di sana. Lambaian tangan yang memikat dan anggun. Dewi pemuas ambisi pribadi tersenyum manis.

Kembali kekalahan bangsa sudah kian dekat. Ketika wajah politik kita rombeng oleh korupsi, lagi-lagi individualisme di atas kepentingan bangsa. Mati rasa mungkin kian menjangkit jiwa-jiwa pemikir yang gampang terlukai hatinya. Apatisme terhadap perjuangan nasib bersama kian ditinggalkan. Manusia-manusia lebih gemar mengembangkan komunitasnya. Yang di sana kini menjadi pertunjukan sandiwara kucing-kucingan. Bergilir menjadi kucing, bergilir menjadi tikusnya.

Yang paling sadis dari perilaku manusia beralih ke komunitasnya adalah ketika idenya mulai disusupi neoliberalisme. Melalui pesan sponsor mereka mendekati masyarakat. Akan sangat bahaya jika pemerintah tak turut mengulurkan dan memilih melanjutkan sandiwaranya. Privatisasi komunitas kian berkembang menjadikan sponsor sebagai juru selamat dan akhirnya dianggap sebagai Tuhan. Penuhanan ini berlanjut kepada kepatuhan menjalani kehidupan manusiawinya. Tiap korporasi punya pasar masing-masing.

Wajar jika nantinya bangsa akan berganti menjadi perusahaan. Para intelektual juga kian hari kian berorientasi pada korporasi. Perusahaan atas dasar rasa lapar. Manusia pemikir yang cerdas yang kini kita sebut sebagai insan cendikia itu sudah siap menggantungkan nasibnya pada perusahaan. Makin bonavide itu perusahaan, makin cantik hidupnya kelak. Betapa bangsa dilupakan. Atas nasib dan masa depan yang gemilang, manfaat hanya kita pakai untuk diri sendiri. Untuk kepuasan individu dan keluarganya.

Apa jadinya bila para pengambil kebijakan terkontrol korporasi dan cenderung menikmati sandiwara yang sedang diketawai oleh pemilik korporasi itu sendiri, rakyat jelata dimagneti pemodal-pemodal, dan kaum intelektual bakal menggantungkan nasibnya ke perusahaan bonavide? Sepi, negara menjadi sepi. Lalu kian hari menghilang. Benar, bangsa akan hilang. Bangsa akan mati.

Nantinya negara-negara kian bernama General Motor, Facebook, Google, Allianz, Vodafone, Conoco Philips, Santander, dan lain-lain. Terlihat kini di timur tengah muncul korporasi Qatar Foundation, ingin menjadikan negara sebagai foundation.

Lalu siapa perdana menteri, presiden, parlemen itu? Mereka hanyalah kartu remi yang sedang dimainkan. Mereka akan kita tertawakan dalam sebuah permainan tepok nyamuk atau gebrakan. Atau akan bermain Werewolf dimana disebuah kampung terdapat penjahat bernama werewolf dan polisi yang mengungkap kejahatan. Pada umumnya politik bukan lagi jadi komoditas, melainkan permainan untuk cucu dan buyut kita.

20022012

Saya Nggak Paham


Waktu sore ini, sehabis ujian Energi Angin dan Matahari saya buka social network. Khusus hari ini, isu yang lagi panas adalah kampus kami didemo.

ini videonya : Video Aksi
kalo live reportnya : Liputan Aksi

Aneh, seluruh kampus heboh, menyoali pendemoan itu. Terakhir kabinet KM ITB mengadakan pertemuan dadakan di CC Barat jam 7 malam ini. Sempat saya disuruh oleh seorang kawan untuk datang ke kumpul dadakan (forum massa) itu, tapi aku memilih untuk menulis ini saja. Toh informasinya sudah jelas, dan daripada nanti tersulut emosi.

Oke, saya mulai menyimak lini masa Kabinet KM ITB di @KM_ITB. Kalrifikasi dimulai, begini kira-kira kontennya;

Senin lalu, Kabinet KM ITB didatangi sekelompok mahasiswa dari luar kampus mendatangi Kabinet KM ITB. Mereka mengajak KM ITB untuk turut berpartisipasi dalam acara solidaritas dalam bentuk demo. Ketika ditanya tentang follow up dan kontennya dari aksi tersebut apa, ternyata tidak ada jawaban yang jelas dari pihak pengajak.

Ya, saya sepakat dengan kabinet untuk hal ini. Saya bukan tidak sepakat dengan demo, saya pernah ikut demo, dan saya senang turun ke jalan. Namun yang harus diperjelas adalah kontennya, apa yang ingin disampaikan dan follow up dari aksi itu sendiri apa. Sewaktu anak-anak ITB aksi di depan rektorat periha biaya pendidikan yang mahal, saya sebagai salahsatu satgas perumus petisi tentu menyaksikan kajian yang dilakukan sangatlah mendalam. Bukan asal-asalan aksi turun kejalan.

analisis dari Presiden dan Menko Esternal juga bilang, aksi siang tadi juga berbau politis. Karena di ITB lah kampus di Bandung yang menjadi perhatian media nasional.

Iya, sepakat. Bagi sebuah aksi, memang butuh momen besar dari kekuatan besar. ITB yang secara historis mempunyai sejarah panjang tentang kemahasiswaan dan menjadi panutan gerakan kemahasiswaan. Nuansa politis juga terlalu kuat. Demi apa, aksi mengadili kawan sendiri ‘apatis’, sedangkan diskusi di dalam tidak berjalan. Kajian dan diskusi sudah menjadi nafas pergerakan kemahasiswaan di kampus ITB. Tidak akan ada tunggangan politis di agenda-agenda aksi kami.

Namun dibalik itu semua, tentu itu cambukan bagi kita untuk menunjukkan jika ITB juga tidak berdiam diri. Sudah saatnya mahasiswa ITB untuk bersatu menampilkan impresinya, memperlihatkan pada masyarakat bahwa kita punya tata cara yang baik untuk tujuan baik. Kita punya kajian mendalam sebelum menentukan sikap, kita punya konten yang akan dibawakan.

Ayo kawan-kawan ITB, kesantunan dan intelektualitas kita harus bisa kita tampilkan guna mendapat kepercayaan penuh dari rakyat. Rakyat Indonesia tidak buta, mereka semua juga menjunjung nilai-nilai agama dan budaya. Dan rakyat indonesia bukan hanya preman-preman yang terus bersuara besar dan garang tanpa pikiran jernih. Masih ada ahli masjid dan pemerhati budaya. Ketenagan dizikir, keindahan tari adalah buktinya.

Gerakan mahasiswa ITB harusnya bisa menjadi role model pergerakan kampus yang polifon. Gerakan tidak hanya turun ke jalan, gerakan itu menulis, berdiskusi demi solusi, berinovasi, turun ke desa-desa melihat gejala, dan lain-lainnya. Bukan hanya unjuk rasa, apalagi atas nama solidaritas kepada yang mati.

Pendapat pribadi, ‘kemana solidaritas kalian di jakarta ketika ada kawan mereka membakar dirinya dan tidak terselamatkan. Bukankah kalian hanya diam, tanpa do’a hanya berkoar-koar di jalan raya.’

YTF(yang terf*ck) para politikus kami, partai politik adalah tunggangan kalian, bukan mahasiswa. Kita punya nurani yang lebih tinggi dari sekedar ambisi. Kita punya kebenaran ilmiah daripada janji-janji suci terlupakan. Kalau sampai waktuku nanti, ingin kuhapuskan sistem kepartaian di indonesia. Saya tahu pembuat sistem kepartaian dulu sudah tidak sepakat dengan keadaan negeri ini.

Terimakasih.
binlatif
Mahasiswa Meteorologi ITB
Kader Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa ITB

Sumpah Pemuda dan Gerakan Mahasiswa


Beberapa hari yang lalu, saya melihat di media facebook ITB angkatan 2009 sedang sibuk berdebat soal metode apa yang cocok buat gerakan mahasiswa jaman sekarang. Maunya sih sok bijaksana. Cek this out 😀

Coba saya tarik garis besar diskusi grup beberapa hari ini yah. 🙂

Jadi, sebenarnya nggak ada yang salah, semuanya benar. Tiap-tiap orang meyakini metode yang dia pakai sebagai fungsi mahasiswanya,
1. Iron Stock : orang-orang yang berpikir bahwa saya harus belajar giat, belajar sungguh, soalnya kalo saya bodoh saya bukan apa-apa di masa mendatang. Saya akan jadi sampah masyarakat, bukan generasi penerus bangsa yang baik.
2. Agen of Change : orang-orang yang berpikir bahwa saya harus giat berinovasi, giat melakukan penelitian baik di masyarakat ataupun laborat. Orang-orang yang berpikir bahwa kita harus bisa jadi generasi yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik buat bagsa ini.
3. Guardian of Value : orang-orang yang berpikir bahwa saya harus terus mengawal pemerintahan ini, karena kita punya idealisme dan kita kritis secara idependen. Orang-orang yang melakukan gerakan secara mandiri tanpa ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik, murni karena kita merasa ada yang tidak benar dalam pemerintahan saat ini.

Semua menjalankan fungsinya masing-masing, bahkan harusnya tiap individu-individu menginsyafi ketiga fungsi tersebut. Tinggal dia memilih untuk dominan yang mana sesuai kemampuan, minat dan bakat. Itulah fungsi kita kolaborasi satu angkatan, supaya kita bisa saling melengkapi dan ketika kita bergerak bersama kita punya ketiga-tiganya.

Terakhir mengutip dari status saya sendiri “Sumpah pemuda itu dulu adalah gerakan satu angkatan muda yang sadar bahwa kita nyata satu nasib satu tanggungjawab, dan bertekad untuk berjuang bersama melawan penindasan. Sekarang hanya sebatas seremonial ucapan selamat, jauh dari nilai persatuan dan kesatuan.” mari kita menginsyafi kesamaan nasib dan tanggungjawab, sehingga semangat berjuang bersama melawan penindasan seperti 83 tahun yang lalu muncul kembali di dalam diri kita masing-masing. 🙂

“cewek itu melihat cowok hanya ada dua tipe, kalo nggak bajingan ya dia homo.” -Raditydika

salam dari bajingan.. 😀

dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda, 83 tahun yang lalu.

Sekolah Para Raja


Di istana ganesha, semua menjadi raja.
Raja dari kerajaan kecil penjuru Indonesia.
Dimuliakan oleh kebebasan,
Dimanjakan oleh ketersediaan,
Dilebihkan dari sekedar ketercukupan.

Ilmu yang jadi bahan makanan pokok melimpah,
Laboratorium sebagai wahana bermain tak kalah seru,
Koridor-koridor istana yang layak untuk mendiskusikan pembangunan.

Apalagi fasilitasnya, mewah-mewah.
Katanya supaya makin mengefektifkan kegiatan.
Kegiatan penempaan untuk menjadi raja yang lebih besar.

Sekali lagi ini tempat untuk para raja,
Raja masa depan,
Raja cerminan masa lalu.

Kita raja di abad 21,
Pemilik kekuasaan atas harta dan wanita.
Kita lepas dari penderitaan-penderitaan,
Terkurung oleh penjara kemewahan.

Iya, kita bukan pemimpin.
Kita kan raja, penguasa.

Hai mahasiswa, apakah zona nyamanmu membuatmu lupa?

TOA


Tertidur pulas,
Jiwa-jiwa muda yang membangun bangsa,
Ketika masuk dunia mahasiswa,
Nina-nina bobok itu dimulai,
Kaderisasi hanya mimpi-mimpi indah,
Penghias indeks-indeks prestasi.

Mengkaji, berdebat, ini dan itu,
Tanpa aksi.
Ya demi kelancaran sidang TA,
Demi pembelajaran sikap menjad professional kerja.

Tampaknya mereka lupa,
Atau dibentuk oleh orientasi yang gagal?
Tanggungjawab yang terlupa,
Jadinya hanya menjadi insan terpelajar,
Sama seperti jaman SMA, pelajar..
Bukan terdidik.

Kita bukan lagi TOA buat rakyat kecil,
Kita ini kepingan CD bajakan,
Berputar dan mengulang-ulang,
Suaranya seret, bukan melengking.

Yang aku maksud, suara rakyat, suara kesedihan,
Suara jeritan kesakitan,
suara protes ketidakadilan,
bukan esek-esek udung-udung,
berdebat metode.

Orientasi harus berubah,
Bergerak lebih penting daripada mengagungkan perdebatan metode ataupun kajian-kajian tanpa aksi.

Dominasi


Teman-teman yang budiman. Sebuah organisasi adalah sebuah wadah buat sekelompok orang yang punya visi, tujuan, dan langkah yang sama. Sebuah organisasi terdiri dari bermacam bagan dan pembagian kerja. Dalam sebuah organisasi sangat dimungkinkan terdiri dari tipe orang yang bermacem-macem. Namun tetap harus ingat organisasi tersebut harus punya visi dan misi yang diinsyafi tiap-tiap anggotanya. Supaya definisi “punya tujuan, visi, dan langkah yang sama” terpenuhi.

Dinamika organisasi merupakan salahsatu wujud kaderisasi yang akan membawa anggotanya menjadi lebih baik. Perbedaan sudut pandang, perbedaan cara memandang, dan banyak perbedaan pemikiran lainnya adalah sesuatu yang harus dibicarakan secara langsung dihadapan umum. Jangan ada dominasi dari satu atau dua orang yang punya jabatan yang nantinya bakal menyimpangkan dari suara visi. Kalau salahsatu orang yang punya jabatan tersebut mendominasi, maka yang akan terjadi adalahbukan organisasi, melainkan partai. Ada sosok sentris yang sifatnya menakhodai bahkan mendoktrinasi sesuai keinginanya.

Sebuah organisasi juga bukan dominasi kalangan yang tidak punya jabatan. Karena dengan dominasi orang yang tidak punya jabatan, maka akan terjadi perpecahan. Dominator-dominator kalangan bawah akan menimbulkan gerakan-gerakan perpecahan.

Dalam kebijakan organisasi tidak ada kebijakan yang berasal dari pribadi. Pemegang dan pengambil keputusan sudah seharusnya merupakan representasi dari anggotanya. Sudah seharusnya apabila ada keputusan yang tidak representatif harus diberi tindakan.

Dominasi adalah akar ketidakrepresentatifan tersebut. Biasanya dominasi-dominasi tersebut berasal dari orang-orang yang kepribadiannya Sanguinis. Kenapa sanguinis? Sanguinis adalah sifat dominan dalam kepribadian seseorang yang dalam kehidupan normalnya diidentifikasi dengan : vokal, suara keras, pandai mempengaruhi orang, serius, berbakat memimpin orang lain.

Kenapa bisa dominasi menimbulkan ketidakrepresentatifan tersebut?
Seorang sanguinis akan senang menyampaikan pahamnya, idenya, gagasannya, maupun kritikannya. Orang sanguinis yang semangat akan terlihat seperti One Man Show. Orang selain sanguinis apalagi Plegmatis akan dengan mudahnya bilang : iya. Dia akan mengiyakan sekali apa yang sesuai dengan pemikirannya.

Dominan bukan hal buruk selama dia bisa berpegangan pada prinsip organisasi yang tentu juga representatif anggota. Tapi apabila dominan itu beda dengan prinsip dan keinginan anggota maka tunggu saja saat kehancuran dalam organisasi tersebut.

Solusi yang terbaik adalah orang-orang dominan tersebut bisa memahami orang lain. Pada dasarnya orang sanguinis kurang peka terhadap lingkungan dan orang sekitar. Memahami tidak hanya dari mengamati saja. Memahami adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi memang sangat penting dalam sebuah organisasi. Maka biasanya organisasi yang bersifatnya sukarela bersifat kekeluargaan. Karena suasana kekeluargaan adalah suasana yang enak untuk berkomunikasi.

Curhatan mahasiswa yang mengikuti sebuah organisasi.
Bandung 22 Mei 2011