Antara Tokema Sampai KBL

Toko itu berdiri sejak dahulu kala, saksi hidup kemahasiswaan dalam perjuangannya. Penyedia jas almamater di masanya yang bahlula, sampai penyedia jas lab di masa sekarang. Selain itu kini sebagai penyedia kebutuhan harian kita sebagai mahasiswa, alat tulis kuliah, jajanan ringan dan minuman, sampai souvenir khas ITB. Toko Kesejahteraan Mahasiswa(Tokema).

Toserba bentukan Dewan Mahasiswa(Dema) sekitar tahun 60an ini sampai sekarang masih eksis di antara kesibukan kita. Tokema kini menjadi bagian dari unit Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa(Kokesma) ITB. Unit yang secara buku sakti INKM dan ProKM yang kubaca merupakan unit Kajian dan Pendidikan. Nilai Tokema di Kokesma tak sekedar sebagai penyumbang dana, tempat pembelajaran teknis wirausaha bidang Toserba, tapi Tokema juga sebagai salahsatu peninggalan hidup, sebuah amanah sejarah kemahasiswaan yang harus dijaga.

Kantin Barat Laut, sebelum tahun 2005 terletak di Student Center dan lebih dikenal dengan Kantin Pusat ini juga salahsatu warisan perjuangan kemahasiswaan pendahulu kita. Kantin yang merupakan amanah Rektorat tahun 1984 sebagai tanda berdirinya Kokesma ITB yaitu tepatnya tanggal 26 November. Kantin yang sekarang berada di Gedung Eks UPT Olahraga ini juga masih eksis dibawah naungan Badan Usaha Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa.

Namun jika kalian pikir kita sekedar kajian koperasi dan pendidikan perkoperasian itu salah kawan. Kita satu-satunya unit yang memiliki badan hukum. Unit yang eksistensinya tak sekedar di dalam kampus, tapi dalam perkoperasian Indonesia. Tak hanya melulu belajar tentang strategi pemasaran supaya dagangan laku, tak hanya melulu penggajian karyawan, tak hanya jualan di boulevard, tak hanya perayaan dies emas yang meriah, tak hanya pengembangan pengetahuan perkoperasian bahkan. Yang kita lakukan juga menembus tantangan, menaklukan medan rintangan, bersyukur ketika berhasil, dan bertahan ketika belum berhasil, mempertanggungjawabkan dihadapan Rapat Anggota, mempertanggungjawabkan nasib 31 orang lebih karyawan yang bekerja kepada Yang Mahapemberi , dan lain lain.

Seiring berjalannya waktu, kebijakan kampus belakangan ini sungguh tak bersahabat sekali kawan, mulai dari BPPT semester di angkatan 2009 yang meningkat drastis tentunya sampai naiknya pajak usaha di kampus ini. Bisa lah dibilang kampus ini jadi kampus kapitalisme. Tak hanya itu juga kawan, kita sebagai pelaku kegiatan kemahasiswaan pasti merasakan penyempitan ruang gerak kegiatan kemahasiswaan. Kami tidak terkecuali juga.

Setujulah kita semua apabila yang kita rasakan adalah sama: Keresahan. Keresahan ini tak sekedar keresahan seorang remaja karena SMS tak dibalas oleh sang kekasih, tapi keresahan insan intelektual, insan muda membara, insan yang punya nurani yang bergejolak. Tak sabar kita ingin lepas dari jerat yang menahan gerak kita.

KBL dan Tokema, seperempat abad lebih, untuk level usaha mungkin umur tersebut sudah bisa mewujudkan perusahaan multi nasional. Namun pendahulu kami bukan kapital-kapital yang mengejar untung, bukan perusahaan yang kokoh akan modal-modal. Pendahulu kita menitipkan Kokesma sebagai lahan belajar, wahana kegiatan, wahana ekspresi, wahana kepedulian sosial, wahana menuntut softskill yang tak diberi serta merta di lingkungan akademik. Bukan wahana untuk mahasiswa meraup rupiah-rupiah sembari kita kuliah, bukan budaya gaji untuk anggota-anggota dan pengurusnya, bukan sesuatu yang bisa untuk dipamerkan ke orang lain bahwa kita sudah punya penghasilan di luar kuliah.

Seiring pergantian kepemimpinan di lingkungan rektorat, tantangan yang kita hadapi kian besar, badai tak cuma badai anggun nama keren orang amerika: Katrina,Rose,Jacob, George. Badai yang menerpa juga badai tropis, badai panas yang membakar hutan-hutan. Kokesma secara langsung mendapat dampak tak hanya dalam bentuk kegiatan dan rangkaian kegiatan, tapi ruang yang secara nyata.

Tahu kan kalian UPT Olahraga mau diapakan? Mungkin rela lah kami melepas KBL, Tokema dan Sekre asal kita direlokasi ke tempat lain secara jelas. Yang kami dapatkan bukanlah kejelasan melainkan justru lembar kenaikan pajak dan sewa gedung. Tak segan-segan harga yang mereka tawarkan lebih tiga kali lebih banyak dibanding dengan harga yang kami bayarkan tahun-tahun sebelumnya. Sedang kami masih bingung dengan nasib yang entah mau dibawa kemana.

——-
Kampusku rumahku,
Kampusku negeriku,
Kampusku Kebebasanku..
——- (Kampusku)

Menjadi Maganger Tokema, sebuah kebanggan menjadi seorang calon pengurus sebuah warisan perjuangan kampus 40tahun lebih yang lalu, warisan DM ITB, Toserba yang melayani mahasiswa lebih dari 40tahun, menjadi pengemban amanah ilmu-ilmu kewirausahaan yang berasaskan kekeluargaan, tidak kapitalisme semata, system ekonomi yang memberi manfaat bagi anggotanya dan lebih ke masyarakat.

“Bisa saja kita tutup buku, kokesma dan divisi-divisinya dibubarkan. Namun ada 31 lebih karyawan yang harus kita tanggung nasibnya, itu artinya ada 31 lebih keluarga.” Ketua Kokesma periode 2010-2011: Sofyan Reza.

-Sejarah yang kuat tak hanya jadi kisah-kisah indah penabur semangat masa kini, tapi sejarah itu harus kita taklukan dengan sejarah yang kita buat- Iqul-Maganger Tokema, Kokesma ITB angkatan 2009

Ujian besar hanya diujikan buat orang-orang besar dan mampu, bukan besar tapi tak mampu, apalagi kecil dan tak mampu. Aku yakin kita adalah keluarga yang besar dan mampu tersebut.

15 thoughts on “Antara Tokema Sampai KBL

  1. iqul berkata:

    Berikut klarifikasi yang sebenarnya terjadi di Kokesma, terutama mengenai KBL.

    http://www.facebook.com/note.php?note_id=471337352048&comments&ref=notif&notif_t=note_reply

  2. Nurulbaiti berkata:

    Like this!! Btw,
    ” Keresahan. Keresahan ini tak sekedar keresahan seorang remaja karena SMS tak dibalas oleh sang kekasih”
    berdasarkan pengalaman pribadi ya qul? hehe

  3. iqul berkata:

    hahaha, analogiku cuma nyampe situ Rul.. Ya sekedarnya aja, ga pa2 lah ya pengalaman pribaddi.. hehee

  4. iqul berkata:

    boleh ke artikel selanjutnya yang lebih galau.. -_____________-‘

    Aktivis atau Entrepreneur?

  5. yeris berkata:

    Jujur.
    Saya malu.
    Saya sedih.

  6. ilmi berkata:

    nice article….

  7. bangshad berkata:

    ga bisa dibuka qul yang notes FB

  8. Yolanda berkata:

    Maaf tiba-tiba numpang comment. Perkenalkan, saya yolanda dari Astronomi 2008. Tapi, saya sebagai salah satu mahasiswa ITB juga mengaku sangat kehilangan KBL (Karena itu tempat makan saya hampir tiap hari T.T). Tapi, jangan menyerah, kawan. Saranku, coba bawa masalah ini ke MWA dan ke kongres. Tidak hanya kalian saja yang keadaannya terjepit sekarang, kawan. Saya rasa kalian mungkin lebih tau bagaimana masalah dan kondisi di ITB sekarang. Menurut saya, kita harus bergerak cepat dan tidak bisa bergerak sendiri-sendiri. Suatu perubahan akan bisa dilakukan dengan cepat apabila kita memiliki massa yang banyak. Masalah ini akan saya coba bawa di forsil himpunan dan sosialisasi2 yang ada. Karena masalah ini bukan cuma milik kokesma saja, tapi juga menyangkut kepentingan orang banyak 1 ITB. Tetep semangat yah dan jangan pernah menyerah. ^^

    • iqul berkata:

      Iya Kak pendiklat medik.. hehehe

      Sebenarnya masalah ini kan skala internal, kami masih mengupayakan usaha-usaha yang tanpa melibatkan massa kampus semua. Untuk perundingan2 dengan mereka sebenarnya udah sih, ya kita tunggu aja hasilnya.. hehe

      Kita tetap disana kok, cuma lantai 2 dihilangkan. hehehe

  9. masukitb berkata:

    Halo Iqul,Tulisan Anda bagus sekali. Mahasiswa ITB juga kan ? Wah 🙂

    Jika berkenan meluangkan waktu dan pengalamannya, mohon bisa dibagi di web user generated http://www.masukitb.com.

    masukitb adalah tampilan kehidupan Kampus Ganesha ITB, wadah bertanya, berdiskusi, dan berinteraksi, antara para mahasiswa atau alumni ITB, dengan para pelajar yang berminat menjadi bagian dari komunitas ITB.

    Kami berharap, Anda mau berbagi dengan pelajar dari seluruh Indonesia, yang berminat masuk ITB.

    Terima kasih 🙂

Tinggalkan komentar