Obrolan Dengan Wo Joyo

Adzan maghrib berkumandang, aku segera mengambil wudhu. Lantas aku pergi ke masjid depan rumahku. Sampai di depan masjid aku bertemu dengan Wo(setara Pakdhe) Joyo. Dia tetanggaku yang paling asik. Dia selalu bercanda denganku. Dia juga yang bantu aku mengusir orang gila di ‘Mungkin Dosen Gila’.

Aku melemparkan senyum kepada dia. Lalu dia balas dengan senyum mengejek becanda. Aku heran sendiri. Itu orang memang sudah kayak begitu, batinku.Kami akhirnya bertemu berpandangan. Dia memulai percakapan.

“Katanya kamu bawa seorang gadis? Mana?”

Aku agak bingung, oh maksud dia pasti itu.

“Oh, iya Wo. Itu ada di kamar.”

“Orang mana?”

Aku masih agak berpikir,

“Orang Australi Wo..”

“Ah masa..,”

Setelah itu kami tertawa bersama.
Lalu kami duduk sambil menunggu Imam.

“Dede aja kemarin pulang bawa cewek” Sambung lagi Dia.

“Yak an udah gede Wo, wajar lah.”

“Udah punya pacar belum?”

“Belum Wo, belum dapet.”

“Ah masa? Nggak ada yang merayu?”

“Hah? Lingkunganku nggak kayak gitu Wo. Nggak ada yang kayak gitu.”

“ Emang di tempat kuliahmu nggak ada perempuannya?”

“Oh jelas ada lah Wo..”

“Darimana aja itu?”

“Jakarta ada, Kalimantan, Jawa Timur..”

“Cari pacar lah Da. Bibit disitu kan pasti bagus-bagus. “

Ah, kata-katanya sangat bijak sekali. Aku setuju. Mumpung masih kuliah, mumpung belum terjun ke dunia kerja yang pasti bakalan intensitasnya sangat kecil karena kita dituntut untukk profesional maka kita harus cari pacar. Ya paling tidak ya mencocokan saja lah, ndeleki.

“Iya Wo, aku juga sambil nyari. Tapi belum dapet” Jawabku.

“Ya paling tidak pilih-pilih dulu lah, memang perempuan itu susah-susah gampang.”

“Jangan begitu, kamu kalau mau nyari mbok ya yang dari sini saja. Pilih-pilih yang bagus.” Tiba-tiba Mbah Rodin meyela dari belakang

“Oh gitu ya mbah?”

“Ya biar peduli sama yang disini juga,”

“Ah ya nyari yang di luar sana juga nggak papa, yang penting bisa diajak peduli sama sini.” sahut Wo Joyo

Sini yang dimaksudkan ya sini Pekacangan, sini Purworejo.memang sih, sangat penting untuk mencari calon yang peduli dengan kampung ini. Maksudnya besok suatu saat bisa diajak untuk kembali membangun kampong ini.

Ngomong-ngomong soal perempuan memang gampang-gampang susah itu benar. Sekian tahun aku kenal dengan perempuan(maksudnya bisa merasakan suka, perempuan memang begitu. Susah saat kita ajak untuk memulai. Entah apa maksudnya perempuan itu. Ketika kita ajak memulai, akan banyak praduga yang muncul dalam otak mereka. Mungkin pengalaman atau cerita tentang lelaki dimata mereka yang membuat mereka berlaku seperti itu.

Dia mungkin akan berpikir bahwa, lelaki mengajak ke hubungan lebih hanya untuk bermain-main, tidak serius atau apalah. Atau dia berpikir bahwa lelaki hanya ingin enaknya saja, ketika mereka mulai menampakkan sisi yang sesunggunya, dia khawatir lelaki itu akan meninggalkannya.

Atau pikiran wanita akan berpikiran bahwa ‘apakah dengan dia aku bisa hidup? Apakah aku dengan dia aku bisa bahagia?’ walaupun kita tahu dia takkan pernah memikirkan tampang atau materi. Perempuan memang membingungkan.
Ketika dia sudah dekat, dia sudah betah, sudah akrab, dia akan sangat menghargai kita (lelaki) hanya sebagai sahabat saja. Ketika kita mempertegas bahwa posisi kita adalah untuk hubungan yang lebih jauh, dia akan berpikir lebih panjang lagi. Perempuan memang begitu, susah ditebak. Perempuan membawa kita ke angan-angan. Membawa kita berkhayal untuk hidup bersama damai di sebuah kota yang hanya mereka miliki berdua, namun akan memenjara kita dari segala hingar binger kelelakian.

Sekejap saja muadzin iqomah, pak imam sudah datang. Kami bergegas masuk dan mengisi baris-baris terdepan. Karena memang tiap hari itu rata-rata hanya satu shaf. Sayang, masjid sebesar itu jamaahnya Cuma satu shaf, shaf kedua hanya untuk yang masbuk. Ya layaknya lelaki, dia akan punya tempat yang lapang untuk seorang wanita, tapi kadang wanita itu susah untuk diajak masuk. Karena mereka sendiri masih ada apada tingkat yang bingung dengan diri mereka sendiri.

Tinggalkan komentar