Mawar Merah Jambu

Sekuntum mawar merah jambu itu tiba-tiba saja mengingatkanku padamu. Bunga itu kini ada di atas meja kamarku. Tapi batangnya telah patah karena sudah banyak yang memegangnya terlalu kencang. Tapi itu bukanlah kamu yang telah dipegang erat tangan-tangan besar. Kamu tetaplah mahkota bunga itu yang tak pernah tersentuh meski tangkainya patah. Balutan jilbabmu yang sering berwarna merah muda itu yang membuatku selalu teringat padamu. Meski sisi luarmu begitu cantik bagiku, namun sisi dalammu memiliki keindahan melebihi kecantikan. Engkau yang tak pernah kuhilangkan segala pesonamu, segala kebaikanmu, kelembutanmu. Ah, aku takut segala keindahan yang telah kita jalin berhamburan terbang melayang bersama elang dan awan gara-gara CINTA.

Seperti dulu kutak mungkin rasanya menyembunyikan rasa dengan mudahnya, tak bisa pula mengingkari rasa yang kurasa. Rasa itu membuncah dalam dada kian hari kian dalam dan menohok. Setiap aku bersamamu, setiap itu pula makin menohok dalam sampai ke ulu hati. Dadaku semakin sesak tak terkira apabila aku jauh di sini memikirkan segala kemungkinan apa yang kau lakukan. Seakan-akan aku telah memilikimu seutuhnya aku merasa menjadi seseorang yang sangat egois. Sangat egois ketika melihat begitu banyak lelaki ternyata yang menaruh hati padamu. Rasanya kau hanyalah milikku seorang, padahal belum.

Kalimat-kalimatku kini tak karuan seperti rasa-rasa yang menohok itu. Tak karuan seakan otakku baru saja diacak-acak ayam kampung mau bertelur. Sebabnya kenapa aku tak bisa mengingkari rasa ini karena mungkin aku sendiri sudah merasa luar biasa melihatmu saat pertama.

Kuingat ketika dulu awal-awal kita mulai akrab, kita malu-malu sekali untuk sekedar ngobrol. Ingat saat itu saat sabtu pagi di Saraga dimana kita ketemu disana. Akupun masih malu2 untuk sekedar ngomong “Udahan larinya??” Dan waktu itu kata-kata itu di ikuti oleh senyum-senyum cekikikan dari mulutku. Dan senyummu yang menawan semakin membuatku kaku. 2 bulan lebih kita meengakrabkan diri, 2bulan itu tak terasa kita sudah suka berdua jalan, ngobrol, nelpon, curhat, ketawa, ngeledek, bikin kamu merasa bersalah tiap ketidakhadiran dalam rapat, khawatir ketika kamu pulang malem, ngedanus bareng, cerita keluarga, cerita buku-buku sastra, cerita lagu-lagu jazz,ngobrol tentang pernikahan, pacaran, khitbah, dan lain-lain.

Rasanya enggan bagiku untuk meninggalkan keakraban kita ini. Tak ingin aku bilang “aku sayang kamu” karena itu membunuh persahabatan kita. Tak mau aku terbangkan kenangan indah ini menggantinya dengan pengalaman baru sebagai seorang pasangan muda-mudi. Aku berdo’a “Jagalah cintanya Ya Allah. Jagalah dia tetap mencitaiMu. Jagalah cintaku Yaa Allah, lebihkanlah cintaku kepadaMu daripada cintaku kepadanya.”

Aku sadar bahwa aku ini ternyata bukan seorang yang setia. Tapi aku seorang yang menghargai masa lalu. Telah kuakui aku itu mudah tertarik pada seorang wanita, tapi tak semudah aku mengganti celana dalamku. Maka dari itu aku kini lebih mengerti bahwa memang Tuhan lebih tau dan memang tau dan merencanakan siapa yang akan jadi milikku kelak, tapi apabila dia tetap menarik seperti kini aku akan memilih jika diijinkan untuk memilihmu sebagai pendampingku.

Mimpi-mimpi tadi terpelihara dengan subur dalam sanubari, tak terusih oleh kata-kata orang dan tak tersentuh oleh rasa-rasa cemburu yang kadang-kadang muncul ketika aku tahu bahwa yang menginginkannya ga cuma aku bahkan ada banyak. Mimpi itu akan jadi sabuk pengaman ketika aku mengendarai perasaan yang kadang berbelok-belok tak tentu arah dan menjagaku untuk tidak jatuh membentur dashboard. Mimpi itu akan jadi aspirin ketika aku sakit ataupun jadi betadinee ketika aku jatuh, meski sedikit perih. Bahwa aku masih mengharap suatu saat aku dan kau ada duduk bersama dalam pelaminan di kotamu, di rumahmu.

Segala resah kini yang aku rasakan semoga bukan suatu hal yang mengganggu keteguhanku mengharapkan harapan tadi.  Karena aku sendiri tak mungkin sempurna ddala kesetiaan. Ada kalanya aku juga bisa terlena ketika sedang bersama wanita, tapi yakinlah lagi bahwa mimpi-mimpi itu masih terpelihara secara subur dalam samubari.

Jika kau tahu apa perasaanku saat pertama bertemu denganmu? Waktu itu aku sedang gundah dengan orang yang sempat lama mengisi hatiku, aku sedang dalam kevakuman dari dunia percintaan hingga akhirnya aku sendiri tak sanggup akhirnya menjaga hatiku padanya. Kau hanya seseorang yang mempunyai kelembutan dan keindahan sebentar yang menarik sebentar pula tak menarik hatiku. Namun setelah aku jadi friendmu di facebook, semua berubah.

Berasal dari iseng membuka profilmu dengan isi-isinya, aku semakin tertarik. Karena aku melihat ada sesuatu yang istimewa pada dirimu. Sesuatu yang menggetarkan hati ketika kubaca info-mu satu kata demi kata. Aku tertarik karena ke-ngalaManmu, aku tertarik mahameru yang ada di dekatmu, aku tertarik dengan sempu dalam foto-fotomu, aku tertarik oleh kata-katamu, aku tertarik keteguhan hatimu, aku tertarik oleh mimpi-mimpimu, aku tertarik oleh gaya medan yang timbul dari status-statusmu. Dan aku tertarik karena kamu adalah seorang penulis.

Sejak itu aku semankin menyenangi ngobrol denganmu, mulai dari hanya chat ataupun wall-to-wall. Aku seakan-akan menemukan teman diskusi yang menarik, teman cerita yang unik, teman yang mau mendengarkan setiap orang yang mau bicara, walaupun bicaraku tak jelas begini. Orang yang bisa menjaga diri dari perkataan-perkataannya, orang yang selalu tersenyum meskipun aku tak tahu kkapan dia sedih. Semuanya menambah aku yakin bahwa setidaknya kamu adalah orang yang enak untuk diajak bersahabat.

Dan kini, beberapa bulan kemudian, aku kini telah memiliki sahabat yang sangat menyenangkan. Pdahal umur pertemanan kita belum seumur jagung, rasanya baru kemarin aku mengenalmu, banyak kebersamaan yang ada diantara kita. Kita sering lari di saraga bareng, kita ke sekre bareng, kita jualan donat bareng, kita ngobrol panjang lebar, kita ngoceh di telpon sampai pulsaku tiba-tiba mau abis karena secara tak sadar kita telah ngoceh lumayan lama, kita makan bareng di warpas, kita wawancara bareng buat jadi maganger di kokesma, smpai kemarin kita jualan bunga bareng. Semuanya itu terasa begitu indah dan berharga.

Tinggalkan komentar