Minggu Deadline, Dead = Mati – Line =Garis


Tak terasa minggu berat yang sempat saya sebut ‘Minggu deadline, Dead = Mati, Line = Garis’ dalam sebuah status itu selesai. Hari ini hari minggu malam, telah kutamatkan minggu paling memeras pikiran dan perasaan. Pembuktian bahwa Dia tidak akan menguji ummatnya melebihi kemampuannya terjadi. Minggu deadline tersebut lantaran banyak sekali hal-hal yang harus diselesaikan minggu ini. Sebuah akumulasi janji-janji yang pernah terucap.

Ada 3 hal besar yang memakan waktu dan pikiran selama minggu ini. Yang pertama adalah minggu ini adalah minggu pengambilan jaket. Hari senin aku -memfollow up perkembangan jaket terakhir. Karena sesuai perjanjian minimal kamis sudah selesai. Akhirnya saya siang-siang berangkat menuju tempat pembuatan jaket. Kami tidak puas karena ternyata ibu yang punya urusan belum datang dan kami keburu balik ke kampus karena ada kuliah.

Sorenya kami kesana lagi, akhirnya kami ketemu juga dengan ibunya. Hasilnya kurang memuaskan kawan-kawan. Kata mereka, pembuatan jaket kami terkendala pada masalah bordir. Aku da temanku satu lagi bersika kooperatif dengan menawarkan bantuan. Kami sesuai koridor yang berlaku sebagai konsumen mencoba saling enak saja dengan pihak produsen.

Sampai H-1 yang telah ditentukan, mereka masih mengalami kesulitan. Katanya mereka tidak sanggup untuk memenuhi permintaan kami. Mereka meminta kelonggaran istilahnya. Hari jum’at akhirnya kami member kelonggaran pada mereka. Itupun dengan keringanan cukup 2/3nya dahulu dari jaket yang harus diselesaikan.

Hal yang paling menyebalkan dari pembuatan jaket ini adalah ibunya yang tidak balik kooperatif. Bahkan untuk komunikatif saja susah. Kami susah memantau kondisi jaket gara-gara ibunya susah disms. Bahkan ditelpon pun susah sekali. Hal yang sangat penting buatku adalah informasi. Keterbukaan akan memperluas informasi. Akibat hal ini, adanya kesusahan pada pihak mereka mengakibakan kendala pada pembuatan jaket ini tidak bisa dihindarkan.

“Coba kalau mereka terbuka, ada masalah hubungi saja. Pasti hal-hal seperti itu bisa terhindarkan,” Dalam hatiku menggerutu dan menyesalkan.

Akhirnya sampai sudah dihari jumat. Pagi-pagi saya mencoba menelfon. Tapi tak kunjung diangkat juga. Baru sore setelah lebih 8 kali percobaan menelfon baru diangkat. Padahal itu saya baru mau berangkat menjemput. Sudah sampai parkiran mobil teman saya yang siap membawa jaket tersebut pulang. Janjinya jam 5an sudah ada barangnya.

Pas diangkat, kami bicara. Karakter bicaranya pas ditelpon berbeda saat ketemu. Pas ketemu dengan wajah meyakinkan, kami bisa percaya. Saat itu barulah, aku menelfon dan suaranya nampak kebingungan. Aku mulai mencium ada yang tidak beres. Langusng saja, dia bilang

‘Waduh mas, gimana ya ngga bisa kalau sekarang”
Bagaikan tersambar petir saya langsung hening.
“Kenapa bu nggak bisa?” Mukaku langsung berubah jadi panik.
“Iya mas nggak bisa sore ini, aduh gimana ya?”
“Emang kenapa bu nggak bisa? Kan ibu udah janji.”
“Iya.. Maaf ya, itu si tukang bordirnya terlambat ngasih ke kitanya.”
“Aduh trus gimana ya Bu?”
“Emang udah sampai mana sih bu pengerjaannya?” Aku langsung menambahi karena panik.

Selang beberapa detik dia diam. Aku masih bingung dan kalut.

“Halo Bu!!!”
“Iya halo.. “
“Jadi gimana Bu?”
“Saya juga nggak tahu nih, saya juga sekarang lagi ada ditempat penjahitnya.”
“Kira-kira bisanya kapan Bu?”
“Wah mas, lama euy. Masih lama kalo itu mah. “
“Aduh kan ibunya udah janji.”
“Iya, kan saya janjinya akan mengusahakan.”
“Yak an ini juga udah telat banget nih bu, besok udah harus dipake juga. Gimana ini bu?”
“Kalo 20an dulu gimana? Itupun besok agak siangan.”
“Aduh kenapa bia gitu Bu? Ntar malem deh Bu, sampai jam 11pun saya berangkat kalo memang sudah ada.”Kataku nekat.
“Nggak bisa, nggak bisa mas.”

Dalam hatiku sumpah ingin murka. Ingin sekali mengatakan kata-kata kotor pada orang ditelpon ini. Tapi saya inget karena dia adalah seorang perempuan dan beliau juga seorang ibu yang umurnya hampir mirip dengan ibuku. Anaknya juga baru lulus kulih. Aku hanya terus mencoba menenangkan diri.

Disampingku ada teman-teman juga, aku ceritakan juga kasusnya. Solusinya sama-sama membuat hati tambah panas. AKhirnya kami balik ke dalam kampus. Aku malas jadinya kembali ke tempat teman-teman yang lain. Aku menyepi di sekre unit yang notabene nggak terlalu ramai dan penuh dengan kehangatan. Aku lari, aku takut teman-teman yang kupesankkan jaket murka padaku. Sambil menenangkan hati, aku terus mengelus dada dan mencari solusi yang tepat. Ku SMS teman-teman yang kira-kira bisa memberi solusi, dia si ketua angkatan.

“Aku juga nggak bisa bilang apa-apa. Seadanya aja deh, yang penting ntar malem kesana ngambil. Berapapun jumlahnya nggak apa apa.” Begitu SMS yang membuat aku hendak lekas menghubungi lagi ibu yang tadi. Berkali-kali kucoba menghubungi. Tidak kunjung diangkat juga. Tiap 10 menit dari jam 5 sampai maghrib belum juga diangkat. Sampai akhirnya jam setengah 7 seusai aku sholat Maghrib dia ngangkat.

“Aduh gimana ya mas, ini udah nggak bisa lagi.”
“Ya gimana lagi bu, kan ibunya udah janji. Mundur juga nih. Saya nggak enak sama teman-teman saya Bu.”
“Iya saya tahu, saya juga nggak bisa ngapa-ngapain.”

Ah sumpah lah makin muak saja ini. Sumpah pengen nonjok ini orang. Setelah menutup telepon aku langsung kalut. Diam, menunduk lesu di pojokan Kantin Barat Laut yang sudah sepi karena sudah tutup. Sesekali memukuli bangku, dan sesekali terucap lirih kata-kata ‘anjing’, ‘asu’, ‘fak’,dll.
……………………………………………………………………………………………………….

Dari hal itu, aku putuskan untuk diam di KBL aja. Menunduk di pojoknya yang dekat kamar mandi. Dibelakang agak jauh masih hilir mudik maganger dan beberapa pengurus sedang diskusi, ada juga orang unit lain yang sedang kebetulan lewat. Semua aku hiraukan. Aku hanya ingin sekedar menenangkan diri dari tekanan dua-duanya. Aku sudah putuskan untuk tidak pergi ke acara syukuran wisuda program studi dengan mitranya.

Selang beberapa lama, hati tak kunjung tenang. Aku bangkit dan menghampiri beberapa pengurus yang sedang sibuk diskusi sama maganger. Ternyata rame, aku tak bisa berharap untuk sekedar cerita. Takut menggangu diskusi.

Ada salahsatu pegurus yang sedang sendiri, tapi beliau sedang sibuk rupanya. Sibuk dengan laporan keuangan untuk rapat dwibulanan hari minggu. Aku hanya cerita sebentar, karena dia juga kurang menikmati ceritaku, aku lalu pergi ke lain tempat : Sekre.

Sampai di sekre, ada beberapa anak sedang asik nonton film drama. Aku kurang tertarik. Lalu aku cukup nimbrung saja. Karena yang ditonton adalah film drama, tentunya banyak cewek-cewek di situ. Tapi masih ada 2 cowok. Katanya memang bagus drama dari Thailand itu.

Tanpa cerita, lama-kelamaan hilang juga pusingku. Mulai terisi dengan ketawa-ketiwi nggak jelas akibat menonton drama Thailand berlatar di korea. Karena ceritanya menceritakan seorang yang benci drama korea yang berlibur ke korea dan agen travel yang membawanya ternyata agen travel khusus liburan ke tempat-tempat latar drama korea.

Setelah mulai tenang, aku coba menghubungi ibunya lagi. Padahal aku tadi sebelum telpon ditutup sudah bilang supaya ibunya telepon balik. Ternyata nonsen. Akhirnya diangkat juga. Demi mencari tempat yang enak karena malam itu banyak unit budaya sedang latihan, aku lari ke luar. Oke kami ngobrol. Kesepakatannya adalah, si Ibu ini besok pagi membawa 30 buah jaket setengah jadi tapi sudah layak pakai. Aku mengambilnya sendiri di konveksi. Oke, dengan penuh harap pada Ibu tadi, aku berdoa dan meminta teman-teman terus berdoa supaya jaket tersebut lekas jadi dan yang dijanjikan tidak ngaret lagi.

Perlahan mulai plong juga hari ini. Akhirnya tekanan yang bertubi-tubi tadi sejak menjelang sore bisa mulai luntur. Aku kembali ke sekre dengan wajah tenang. Anak-anak masih menonton drama tadi. Dengan enak aku mengambil laptop lalu mulai mencari ketenangan di dunia maya. Akhirnya lepas dan besok pagi masih menyambut, dan pasalnya aku harus berangkat pagi-pagi supaya bisa nyampai di konveksi sebelum jam 7.

Akhirnya pulang juga, agenda besok adalah : mengambil jaket, menjadi MC buat acara dengan orangtua wisudawan, dan Rapat Anggota seusai wisudaan.

Bersambung……