Kedelai, Dimanakah Kamu?


Kedelai

Menyoal kelangkaan kedelai yang mana menyebabkan kelangkaan tempe dan tahu di pasar tempo hari, berikut hasil obrolan dapur saya dengan ibu saya.

Menurut ibu, naiknya harga kedelai itu nggak masuk akal. Dalam kacamata beliau yang merupakan petani juga menyayangkan harga kedelai yang didapat oleh petani kedelai toh murah-murah juga.

Sama seperti kasus cabai beberapa tahun lalu, petani kita memang selalu berada dalam ketidakpastian. Bahagia atau tidak jika barang komoditi mereka di pasar naik, saya pastikan juga tidak. Mereka petani cabai beberapa tahun lalu juga menyayangkan perihal melabungnya harga komoditi yang mereka hasilkan.

Faktor kelangkaan yang menjadi penyebab naiknya harga kedelai seharusnya bisa dihilangkan. Ya, jika kita stop import lalu kita naikkan kapasitas produksi kedelai kita. Kata Ibu saya lagi, petani sini sebenarnya mau nanam kedelai asalkan harga beli ke merekanya bisa distandarkan.

Pasar itu licik men, mereka beli banyak pas harga murah, lalu jual dikit-dikit dengan mahal kalau langka. Sama kayak pas mau naik BBM, banyak yang nimbun kan kena tindakan hukum tuh, tapi kenapa kalau yang ngelakuin hal tersebut adalah orang pasar diem-diem aja ya? Bukankah dua-duanya merupakan hajat hidup orang banyak? Siapa nggak butuh tempe? Siapa nggak butuh tahu? Siapa nggak butuh kecap? Siapa nggak butuh susu kedelai?

Pemerintah tadi di newsticker saya lihat sudah ada tindakan yakni akan ada HPP buat kedelai ini di pasar. HPP yang saya pahami di sini dampaknya cuma dari pasar ke konsumen. Belum ada tindakan lebih mengakar, ya coba dikontrol lah pembelian pasar kepada petaninya. Kalau harga bisa stabil, ya petani juga mau ningkatin produksinya. Kita ngga gantungin lagi kebutuhan ke impor kalau udah gini. Negeri agraris gini masa kebutuhan pokoknya impor? Malu lah. Daripada bangun pabrik otomotif di sini yang meningkatkan konsumsi barang kebutuhan sekunder dan banyak ngehasilin emisi karbon, toh mending buat ningkatin produksi bahan pokok.

Mari kita songsong gerakan Indonesia mandiri pangan!

 

Huriput : Perjuangan Ekonomi Warga Cihurip


Huriput

Tahun ini KKN Tematik ITB resmi meluncurkan tema Industri, Koperasi, dan Bahan Mentah sebagai pengembangan tema Ekonomi yang KKNT tahun tahun lalu juga sudah ada. Berbeda dengan gerakan tema ekonomi tahun lalu yang terbatas pada kajian potensi, tahun ini KKNT mencoba lebih bergerak nyata membangun perekonomian mereka.

Potensi Yang Belum Tergarap

Potensi ekonomi RT 1 dan 2 Cihurip ini antara lain produk pertanian, perikanan dan perkebunan dengan skala kecil. Minimnya orang-orang yang mau mengolah menjadi produk jadi yang bernilai lebih menjadi problem utamanya. Pada akhirnya, mereka menjual hasil buminya ke tengkulak sehingga nilai jual yang mereka dapatkan masih rendah, bahkan jauh dari standar bahan mentah di pasar.

Mengenai tengkulak, amat disayangkan sekali hampir seluruh hasil bumi yang mereka punyai dijual kepada tengkulak. Minimnya akses ke pasar terdekat yakni Cikajang yang harus ditempuh dalam waktu satu setengah jam menjadi sebab utama. Akses jalan rusak juga menurunkan motivasi warga untuk berani keluar dari zona nyamannya bergantung pada tengkulak.

Monopoli Tengkulak

Parahnya lagi, tengkulak ini tidak hanya menguasai pembelian, tetapi juga penjualan. Setelah semua hasil bumi warga dibeli murah, sekarang giliran tengkulak menjual kebutuhan lain yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri dengan harga yang tinggi. Misalkan saja daging ayam, ketika di pasar harganya hanya berkisar dua puluh lima ribu perkilo, di Cihurip mencapai empat puluh ribu perkilo.

Pada intinya Cihurip yang akan kami kembangkan melalui KKN Tematik ini kondisi perokonomiannya masih mirip seperti zaman VOC dulu. Terjadi monopoli pasar yang dilakukan oleh tengkulak yang sifatnya tunggal tanpa ada persaingan pasar. Apalagi dengan struktur kemasyarakatan yang ada membenarkan adanya perihal monopoli di atas.

Perubahan

Perlu adanya revolusi dalam bidang ekonomi yang mampu mengubah perekonomian desa tanpa mengandalkan struktur kemasyarakatan yang sudah ada. Setidaknya, dimulai dari cara yang paling inferior seperti merekayasa pemikiran mereka untuk bangkit. Dengan memunculkan sebuah unit usaha kecil menengah di sana, kami berharap timbul impuls yang mampu menggerakkan warga untuk berubah.

Dari Memberi Nilai Tambah Hingga Watak Wirausaha

Berdasarkan tujuan dibentuknya tema ekonomi KKN Tematik ITB 2012 ini ada dua poin utama yang menjadi nyawa gerak kami. Pertama, mengolah hasil bumi Cihurip menjadi barang yang lebih bernilai. Kedua, merekayasa pemikiran supaya muncul mental-mental wirausaha di kalangan masyarakat di sana untuk selanjutnya mampu membangkitkan perekonomian.

Dari dua poin di atas, muncul lagi poin tambahan tujuan seperti memberikan penghasilan tambahan bagi pelaku UKM ini. Adapun tujuan penulis pribadi harapkan, apabila UKMnya nanti ketika kami tinggalkan bisa sukses, produk yang mereka hasilkan akan terlihat oleh mata pemerintah daerah setempat sehingga pada nantinya kepedulian terhadap daerah ini meningkat dan dampaknya muncul pembangunan di sektor lain seperti infrastruktur jalan, pasar dan lain-lain.

Pemberdayaan Kaum Wanita

UKM yang kami buat sudah memperhatikan potensi manusia juga. Dari hasil observasi, didapat kesimpulan 80% perempuan cihurip memiliki waktu kosong setiap harinya. Adapun kegiatan yang mereka kerjakan adalah mengasuh anak, melaksanakan pekerjaan rumah tangga, merawat rumah, dan sisanya hanya berkumpul menggosip dengan tetangga atau menonton televisi.

Maka dari itu, kami mencoba memberdayakan mereka sebagai tenaga dan pengurus UKM serta beberapa orang pemuda sebagai penghubung dengan faktor luar seperti logistik dan pemasaran.

Dimulai Dari Diskusi

Kegiatan yang paling pertama kami adalah mengumpulkan ibu-ibu, mendiskusikan kira-kira jenis usaha apa yang tetap membawa nilai tambah pada hasil bumi yang dihasilkan dan juga warga bisa lakukan. Dari hal-hal tersebut akhirnya muncullah gagasan produk yang akan kita buat adalah makanan khas Cihurip dan beberapa hasil olahan Lele yang sedang dikembangkan juga budidayanya oleh kelompok lain dalam KKNT kali ini.

Riset produk menjadi agenda rutin setelahnya. Ibu-ibu ditatar membuat berbagai olahan lele serta menunjukkan kebolehannya membuat makanan khas Cihurip seperti wajit, kremes dan ranginang.

Setelah siap produksi, yang kami lakukan adalah membentuk organisasi yang akan menaungi produksi ini. Rancangan sistem benar-benar menjadi bagian utama kegiatan kami. Sambil memberi pelatihan-pelatihan keorganisasian, kami juga membuatkan struktur kepengurusan.  Selain itu kami juga telah melahirkan nama bagi usaha mereka ini, yaitu Cihurip Food  atau kita singkat dengan logat khas sunda menjadi ‘Huriput’.

Setelah semua itu ada, kami buatkan pula regulasi-regulasi penunjang kegiatan usaha. Yang menjadi kendala di sini tentunya adalah masalah kualitas sumber daya manusia. Bukan mereka tidak cerdas secara intelegensia, namun mereka benar-benar bukan orang yang mendapat pendidikan secara formal. Kami harus mencari metode-metode khusus dalam penyampaian masalah regulasi ini. Misalkan masalah prosedur kerja standar atau SOP, mereka harus benar-benar didampingi dan melakukan simulasi bersama-sama dengan kami. Yang paling pelik ketika kami membicarakan soal penggajian dan sisa hasil usaha pada mereka. Mengenai gaji, mereka akhirnya menerima sistem yang kami tawarkan. Tapi untuk pembagian sisa hasil usaha sesuai juga dengan harapan pribadi penulis, alangkah baiknya bisa diselesaikan secara musyawarah.

Tidak Melupakan Prinsip dan Nilai Koperasi

Yang tentu tidak lupakani adalah memasukkan prinsip-prinsip dan nilai koperasi sebagai landasan usaha mereka supaya UKM ini bisa mandiri dan dimiliki seluruh warga. Kita sendiri tahu, ditengah terjangan zaman modal, sebuah badan usaha akan mudah sekali diprivatisasi pemilik modal. Hal inilah yang tidak kami inginkan terjadi pada UKM ‘Huriput’.

Terakhir, setelah semuanya bisa berjalan, kami mencarikan pasar bagi produk mereka. Sembari mengajak warga juga untuk turut mencari pasar bagi produk Huriput, kami juga berencana membuat pasar sendiri di area Bandung yang geraknya akan mengandalkan alumni-alumni KKN Tematik ITB ini.

Foto Bersama Ibu-Ibu Huriput

Foto Bersama Ibu-Ibu Huriput

Pelatihan Dan Sosialisasi Bersama Ibu-Ibu Huriput

Pelatihan Dan Sosialisasi Bersama Ibu-Ibu Huriput

Sosialisasi Ke Seluruh Warga Perihal Huriput

Sosialisasi Ke Seluruh Warga Perihal Huriput

 

Timeline Usil Selama 2 Minggu :D

Timeline Usil Selama 2 Minggu 😀

 

Seminggu berlalu…

Seminggu sepulang KKN, penulis telah mengamati beberapa poin penting dari keberjalanan warga setelah seminggu kami tinggalkan. Antaralain mereka sudah mendapatkan dua pasar tetap yang responnya sangat bagus. Padahal yang kami tinggalkan hanya satu pasar yang sifatnya masih percobaan.

Dari ITB sendiri juga ternyata terdapat respon positif mengenai produk UKM ‘Huriput’ ini. Beberapa acara kampus siap menggunakan produk binaan KKN T ITB ini sebagai konsumsi acara mereka. Selain itu, pre order yang digalakkan oleh alumni KKN juga tidak mengecewakan. Sebagai info juga, Tim KKN T ITB 2012 juga akan hadir di OHU sebagai ajang eksibisi dan memotivasi mahasiswa untuk lebih dekat dengan pengabdian masyarakat, dan tentunya memberi branding produk Huriput.

Terus Diawasi

Sejauh ini, ekspektasi kami terhadap UKM ‘Huriput’ sebenarnya agak pesimis. Tapi melihat sejauh ini mereka bisa menghasilkan produk yang orang bagus, ini bisa menjadi daya yang potensial untuk terus berkembang. Yang tetap perlu dilakukan adalah kontrol dan pengawasan terhadap mereka. Semoga sistem pengontrolan dari ITB yang telah kami upayakan lewat regulasi bisa berjalan semestinya sehingga ‘Huriput’ bisa benar-benar mandiri.

Harapan kami kedepannya tentu UKM ‘Huriput’ ini semakin besar dan memberi dampak peningkatan perekonomian warga Cihurip. Tujuan lain supaya Cihurip lebih dilihat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah sehingga pemerataan pembangunan bisa terwujud.

UKM ‘Huriput’ diharapkan juga bisa mengolah produk lain lagi yang lebih memanfaatkan hasil bumi Cihurip sehingga tak perlu mereka jual murah pada tengkulak atau jauh-jauh ke pasar Cikajang yang jaraknya satu setengah jam perjalanan dengan jalan yang berliku-liku. Semua demi kesejahteraan bersama.

Kesejahteraan bersama juga yang menjadi fokus penting kami pada awalnya, yakni membentuk manusia-manusia yang memiliki jiwa wirausaha. Bukan hanya wirausahawan bermental tengkulak, tapi juga wirausahawan bermental koperasi yang senantiasa mampu mewujudkan kesejahteraan bersama melalui usaha bersama pula.

Terakhir, perlu diingat juga kami hanya melakukan hal kecil yang mungkin hanya sebagai impuls kebangkitan. Bangkitnya Cihurip ada di tangan mereka sendiri. Kami sebagai orang luar hanya mampu menularkan semangat dan ilmu yang kita dapatkan di kampus. Perlu ada gerakan-gerakan lain seperti supervisi, pengawasan, dan pelatihan, serta pembinaan lain dari pihak-pihak ITB seperti himpunan, unit atau kabinet KM ITB serta Lembaga Kemahasiswaan.