Kata Mereka dan Aku


Kata Iwan dia tak suka nuklir,
Kata Rendra dia tak suka Industri,
Kata Anwar ini barisan tak bergenderang berpalu,
Kata Efek Rumah Kaca, masih ada cara untuk menjadi besar,
Kata temanku hidup itu cuma sekali,
Kata Allah, Dia bersama orang-orang yang sabar.

Kataku, aku berjalan sendiri di kerumunan,
Mereka memandangiku penuh heran,
Aku berkata,
Kata Iwan, dia tak suka nuklir,
Kata Rendra, dia tak suka industri..
………

Pengakuan Mahasiswa Kampung Yang Berhasil Masuk ITB Gratis


Untuk adik-adikku khususnya lulusan 2011

Saya akui saya orang kampung, rumah saya dekat dengan perbatasan Purworejo dan Kebumen. Saya asli dibesarkan ditanah Purworejo yang terkenal dengan adem, ayem dan tentremnya itu. Orangtua saya cuma seorang perangkat desa yang gajinya nggak sampai 500ribu dan itu nggak dibayarkan setap bulannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ayah saya bekerja seperti warga lain: menjadi petani. Cukup membantu untuk hidup sederhana dan nggak neko-neko. Menyekolahkan anak-anaknya minimum sampai tingkat SMA dan saya salahsatunya yang bisa melanjutkan untuk kuliah.

Mimpi saya kecil adalah menjadi insinyur. Bahkan setelah mengikuti diklat dokter kecil kelas 4 SD pun niatan saya tidak berubah. Insinyur adalah harga mutlak. Ditanya siapa saja, mau jadi apa? Insinyur. Padahal saya waktu itu samasekali buta akan apa itu insinyur. Yang ada dalam benak saya adalah melihat uang 100ribu bergambar seorang proklamator bergelar insinyur. Aku ingin bisa menjadi seperti dia, paling tidak hanya pada gelar saja.

Jenjang pendidikan laun lambat dilewati dengan sedikit nafas lega, lega karena mendapat nilai lumayan baik, agaknya karena masalah biaya saya masih banyak pikiran. Saya melanjutkan sekolah di kota-pun atas usul kakak saya yang kebetulan saat itu sudah mulai mapan dan bersedia membiayai segala kebutuhan saya.

SMA kelas 3 saya mau tidak mau harus dihadapkan untuk kemana setelah lulus. Setelah lulus saya mau kemana? Begitulah. Saya hanya berpikir pada satu fokus saja. Fokus saya mencoba mengikuti jejak kakak saya dengan masuk perguruan tinggi kedinasan seperti STAN, AMG, STIS, dll. Saya cukup berjuang ekstra dengan mengikuti try out sana sini, bahkan sampai ke Jogja.

Awal semester 2 seperti sekarang ini, aku disibukkan oleh belajar dan ujian. Fokus masih STAN meski godaan perguruan tinggi lain sudah mulai membuka pendaftaran da seleksi. Pas saat itu ada SIMAK UI dan UTUL UGM, PMDK UNS. Kala teman-teman sibuk bolak-balik Jogja-Purworejo atau Magelang-Purworejo saya justru santai-santai bermain di rumah kala akhir pecan. Sampai pada saat yang telah ditentukan Allah, saya ditegur seorang sahabat saya: “Eh, kamu kok santai banget sih yang lain pada pusing-pusing mikirin UM, SIMAK. Kamu kapan gerak?”. Simpel saja jawabanku, “belum ada yang cocok”.

Barulah aku terpikir, mau kemana saya saat ini? Fokusku mulai goyah, mulai lungsur oleh berbagai godaan. Akhirnya kulihat pada seorang teman sedang sibuk menyusun sesuatu. Aku akhirnya ngobrol sambil makan break sebelum jam tambahan. Dia cerita bahwa ITB sebenarnya membuka beasiswa, banyak sekali beasiswa. Dalam hal ini aku diceritai mengenai Beasiswa ITB Untuk Semua.

ITB? Oh ada sedikit gambaran dari briefing kakak-kakak kelas kami yang sudah masuk sana. Seperti kampus-kampus lain, pikirku. Akhirnya aku putuskan untuk mencoba, aku meminta sebanyak duaratus ribu rupiah kepada orangtuaku. Aku beralasan itu untuk mendaftar UM-UNY. Dalam meyakinkan orangtuaku kupakai alasan bahwa aku akan jadi guru saja. UNY adalah cadangan terakhir apabila aku nggak masuk kedinasan.

Dari uang itu aku pakai buat kesana kesini membuat surat-surat untuk mengajukan beasiswa ini dan cadangan lain-lain. Sejak itu aku rajin-rajin membuka website ITB yang menampilkan kira-kira jurusan mana yang bisa aku masuki atau aku sukai.

Berkas-berkasku belum juga selesai, temenku yang bercerita soal beasiswa itu padahal sudah mengirimkan berkas-berkasnya. Namun akhirnya aku aku kirimin juga berkas-berkasku itu. Aku lega sekali, itu lebih dari sekedar penentram, tapi sebuah harapan. Efeknya aku lebih santai menghadapi candaan teman-temanku yang tadinya ngece kalo aku belum nyobain manapun. Ya walaupun itu juga belum tentu lolos seleksi, bebaslah.

Sampai juga waktunya pengumuman lolos tidaknya beasiswa itu. Pada akhirnya, kecewa juga karena beasiswa dari BIUS itu tak kudapatkan. Sia-sia juga uang pendaftaran UNY yang segaja aku salahgunakan itu. Namaku tak tertulis dalam daftar calon penerima beasiswa BIUS itu.

Aku terkejut pas ujian praktik olahraga aku dipanggil BP sekolah, aku kira aku kena masalah apa, hal ini belum pernah terjadi pasalnya saya termasuk orang yang tertib dan tidak neko-neko di sekolah. Akhirnya tanpa diduga-duga, guru BP member salaman terhangatnya. “Ini maksudnya apa Nak? Baca surat ini!”, saya bingung. Lalu kuambil surat itu, kubaca Kop suratnya dari ITB. Ah, paling pemberitaan kalau saya tidak diterima. Ah baik sekali ITB mengirim surat itu, haha bikin tambah sakit ati aja udah nggak dapet tapi dikirimin surat.

Nyatanya setelah saya baca, halaman pertama memang tidak lolos BIUS. Namun lembaran pertama saya balik ke lembaran kedua. Mata saya terbelalak seketika. Bukan apa-apa, ternyata bukan lolos begitu saja aku dari BIUS, ternyata ITB berhati baik sekali mengalihkan beasiswa yang aku minta ke beasiswa penuh ITB. Saya cermati lagi, dari info yang saya dapatkan meski tak sebesar BIUS, beasiswa penuh masih lumayan karena sifatnya membebaskan biaya kuliah dan biaya masuk dimuka yang saat itu mencapai 25juta.

Aku bersujud syukur. Tiada sia-sia juga akhirnya, walaupun belum masuk, setidaknya ini kesempatan saya untuk membuktikan pada teman2 saya dan diri saya sendiri bahwa saya bisa dan mampu. Hal itu yang membuatku tambah semangat, berkobarlah saat itu. Semangat berlipat ganda nggak sekedar linier tapi non-linier orde tinggi.

Kuselesaikan berkas-berkas sebelum validasi, aku berangkat ke Bandung bersama banyak teman-teman. Ada 25an anak yang ikut seleksi USM Terpusat di Bandung. Aku paling beda sendiri, aku paling bisa dibilang nekat, karena aku orang yang nggak punya saudara di bandung dan berkas-berkasku ada yang belum lengkap. Dengan niat dan semangat tinggi aku bersama beberapa teman lain sudah ada di gerbong ekonomi kutojaya selatan dan menghadapi jalanan besi yang terus digesek dan menjerit ketika daya gesek meningkat karena aktivitas rem ketika menjelang stasiun.

Semuanya beres, aku mendapat tumpangan bersama keluarga sahabat saya yang punya keluarga di Bandung. Bandung adalah dingin, bandung adalah kembang, bukan sekedar kembang warna warni yang berbau wangi, juga kembang-kembang desa yang biasanya dikampung langka di sini menjadi khalayak umum. Namun ada yang nggak membuat aku suka dengan bunga-bunga disini, disini bunganaya Nampak tak seaalami bunga desa di kampungku. Pakai pestisida berbagai macam, dipoles bedak warna-warni dan berpakaian aneh-aneh.

Sehari sebelum ujian berlangsung, saya berkumpul lama bersama teman-teman. Sekedar menyiapkan ujian esok hari, belajar bersama dan berdoa. Ada hal yang membuat konsentrasiku pecah saat itu, ada tegang dan ada galau menyelimuti. Semua ada dalam malam ujian itu. Fokusku hilang, sampai agak larut aku baru tidur karena banyak berpikir dan merenung. Sayangnya isi renungan itu aku lupa, yang paling jelas, “its that really place that God has set for me?”, “inikah tempat yang telah Allah tetukan untukku?”, dalam hati aku masih berpikir STAN, AMG, dll.

Esoknya aku sms orangtua melaui sanak saudara dekat. Meminta do’a dan dukungan. Kakak, Pak Lek, Bapak Ibu, dll. Walaupun masih belum lega, aku melangkah pasti ke kampus ganesha untuk merebut sebuah tempat di sana. Itu pasti!!

Ujian selesai, Allah memberikan kelancaran. Aku pulang untuk berkemas pulang ke Purworejo. Sore-sore aku duduk termangu di Balkon rumah saudara sahabatku itu. Kupandang mega yang mulai menguning dan matahari yang sudah mulai tenggelam lebih awal tertutup bukit sebelah barat daya bandung.

Dalam kereta pulang kami bersama teman-teman lain saling bercengkrama, anggota kami bertambah lantaran anak-anak yang tadinya berangkat berbeda waktu, sekarang pulang sewaktu. 20 orang dari kami cukup untuk membuat satu gerbong terlihat lebih ramai dibanding gerbong lain. Kami terlelap dalam gujesan Sawunggalih Selatan, bandung kutinggalkan. Bisa saja itu untuk yang terakhir aku kunjungi, tapi dalam do’aku itu hanya yang pertama aku tinggali. Karena akan ada pulang-pulang berikutnya dan sampai pada akhirnya nanti aku sebut itu bukan pulang, tapi berangkat.

Diterima enggaknya aku, diumumkan sehari sebelum pengumuman ujian nasional. Karena masih down servernya, aku baru buka paginya. Jadi selepas aku sampai di sekolah, langsung saja aku buka pengumumannya. Dan ternyata tertulis diterima di : FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN. Aku lagsung sujud syukur. Aku lari ke masjid SMA, lalu aku sholat dhuha, seperti kebiasaan saat masih dalam suasana KBM(kegiata belajar mengajar). Allah telah menurunkan rizkinya yang ada di langit dengan memberikan jalan aku untuk mengambilnya di Bumi. Maka nikmat mana yang harus aku dustakan?

Segitu saja dulu teman-teman, semoga dapat menginspirasi. Untuk teman-teman SMA, aku punya beberapa pesan buat kalian;

1. =>Tuhan telah merencanakan jalan, kita hanya bisa mencoba. Try your best!

2. =>Jangan takut masalah biaya, dulu saya yang masih pusing mikirin biaya, Alhamdulillah karena percaya kalau belajar adalah urusan kita dengan yang diatas, maka Dia akan memberikan jalan. Yakinilah bahwa belajar adalah bukan hanya untuk mendapatkan gelar sarjana, tapi yang paling pentig adalah proses yang akan diikuti sehingga kita menjadi lebih bersyukur.

3. =>ITB, punya banyak beasiswa, hanya saja kurang diekspor ke media. Jangan takut masuk itb karena biayanya, tapi takutlah apabila kalian masuk ITB kalian akan dibentuk menjadi buruh-buruh perusahaan multinasional dengan gaji tinggi.

=>=> Masuk dulu, jangan masalah biaya, Allah telah rencana yang indah buat kita.

#cerita ini bukan fiksi, tapi kenyataan. Silahkan dijadikan untuk kalian motovasi dan inspirasi.. 🙂

Tau Dikit Tentang Bahan Souvenir Tokema Yuk… (edisi Kaos)


Assalamu’alaikum teman-teman. 

Pada artikel ini akan saya terangkan berbagai jenis bahan-bahan kaos yang dijual oleh Tokema biar temen-temen nggak buta kalau mau order baju ke Tokema.

Cotton Combed
• Serat benang lebih halus.
• Hasil Rajutan dan penampilan lebih rata.
• Lembut halus
• Menyerap keringat
• Adem

Cardet
• Serat benang kurang halus.
• Hasil rajutan dan penampilan bahan kurang rata.
• Menyerap keringat
• Adem

TC (TETERTON COTTON)
Jenis bahan ini adalah campuran dari Cotton 35 % dan Polyester (Teteron) 65%. Dibanding bahan Cotton, bahan TC kurang bisa menyerap keringat dan agak panas di badan. Kelebihannya jenis bahan TC lebih tahan ’shrinkage’ (tidak susut atau melar) meskipun sudah dicuci berkali-kali. Ini karena pengaruh dari poliester.

CVC ( COTTON VISCOSE)
Jenis bahan ini adalah campuran dari 55% Cotton Combed dan 45% Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola) lebih kecil dari bahan Cotton. Jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat.

POLYESTER dan PE
Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas dipakainya.

Selain jenis-jenisnya, ada pula ukuran ketebalannya. Ketebalan diukur oleh rajutan benang pada bahan itu sendiri. Misalkan ya, ada yang 20s, 30s, atau yang lain. Nah dibawah ini akan dipaparkan berbagai jenis dan beberapa saran untuk teman-teman lebih cerdas memilih bahan untuk order ke Tokema. 
1. BENANG 20S
Biasanya dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos atara 180 sampai dengan 220 Gram/Meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt.
2. BENANG 24S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 170 sampai dengan 210 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt.
3. BENANG 30S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 140 sampai dengan 160 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 210 sampai dengan 230 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt.
4. BENANG 40 S
Biasa dipakai apabila kita menghendaki ketebalan atau gramasi bahan kaos antara 110 sampai dengan 120 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Single Knitt atau Gramasi 180 sampai dengan 200 Gram / meter persegi untuk jenis rajutan Double Knitt.
Selain ukuran benang, ketebalan dipengaruhi juga jenis rajutan. Jenis rajutan selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut,
1. SINGLE KNITT (Contoh. Combed 20′S, S nya adalah single knitt)
• Pengertian teknisnya adalah rajutan jarum single.
• Penggunaan hanya satu permukaan atau tidak bisa dibolak-balik (2 permukaan).
• Jenis rajutan rapat, bahan padat, kurang lentur (stratching).
• Sebagian besar produk kaos yang ada di pasaran adalah memakai jenis rajutan Single Knitt.
2. DOUBLE KNITT (Contoh. Combed 20′D, D nya adalah double knitt)
• Pengertian teknisnya adalah rajutan Jarum Double.
• Sehingga penggunaannya bisa dibolak-balik (atas bawah tidak masalah).
• Jenis rajutan tidak rapat, bahan kenyal, lembut, dan lentur.
• Produk kaos yang biasa memakai rajutan jenis ini adalah pakaian untuk bayi (baby) dan anak-anak (Kid’s). Ada sebagian orang menyebut bahan ini dengan sebutan Interlock.
3. LACOSTE
• Pengertian teknisnya adalah rajutan texture / corak.
• Penggunaan tidak bisa dibolak-balik.
• Jenis rajutan bertexture, bulat, kotak, atau menyerupai segitiga kecil-kecil.
• Sebagian orang ada yang menyebut bahan ini Pique atau Cuti, dan hanya lazim digunakan untuk Polo Shirt atau Kaos Kerah.
4. STRIPER atau YARN DYE
• Pengertian teknisnya adalah rajutan kombinasi benang warna (Yarn Dye).
• Penggunaan tidak bisa di bolak-balik.
• Jenisnya bisa Single Knitt maupun Double Knitt.
• Finishing harus openset / belah.
• Orang awam menyebut bahan ini dengan sebutan bahan salur / warna-warni. Biasa digunakan untuk produk kaos dewasa (Pria, Wanita, T-Shirt, maupun Polo Shirt).
5. DROP NEEDLE
• Pengertian teknisnya adalah rajutan dengan variasi cabut jarum.
• Penggunaannya bisa di bolak-balik.
• Jenis rajutan texture garis lurus vertikal, lembut, dan lentur.
• Produk kaos ini banyak digunakan untuk Rib Leher (T-Shirt), Ladies T-Shirt Body Fit, dan kaos singlet.

Saya kira cukup segitu saja ya teman-teman, semoga teman-teman makin tambah pengetahuan soal kaos dan tidak dibohongi oleh produsen atau penjual.. 

Jangan lupa terus percayakan pada Tokema untuk baju dan souvenir kesayangan Anda. 

Aksi Mahasiswa ITB Atas Biaya Mahal Kampusnya


Sore tadi saya ikut sebuah aksi. Dan sempat dimuat di mediaa internet detik. Berikut dari berita detikbandung, mereka menyampaikan seperti ini,

Bandung – Sekitar seratusan mahasiswa ITB berunjuk rasa dengan melakukan longmarch dari Kampus ITB di Jalan Ganeca hingga ke Gedung Rektorat, Jalan Taman Sari, Jumat (25/2/2010). Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kegundahan mereka yang merasa khawatir ITB hanya akan diisi oleh mahasiswa dari keluarga kaya.

Ketua KM ITB, Herry Dharmawan menuturkan aksi ini merupakan bentuk kepedulian mahasiwa pada adik-adik yang ingin masuk ITB namun terganjal dengan biaya. Apalagi sebelumnya, pihak rektorat ITB mengumumkan, bahwa untuk masuk ke ITB, calon mahasiswa harus menyiapkan biaya sebesar Rp 55 juta.

“Kita mengerti kalau memang ITB tertekan karena memerlukan biaya operasional yang tidak kecil. Tapi janganlah membuat pemberitaan yang membuat masyarakat merasa sulit masuk ITB. Tadinya adik-adik di daerah merasa punya kesempatan masuk, tapi ada angka Rp 55 juta jadi down,” ujar Herry saat ditemui di sela aksi.

Herry mengaku kecewa, pihak kampus bukannya memberikan penjelasan tentang adanya mekanisme keringanan biaya. Herry mengatakan, hal ini jadi keresahan, karena jangan sampai kampus ITB hanya diisi oleh mahasiswa dari keluarga dari golongan mampu.

“Bayangkan, jika nanti kampus kita diisi hanya oleh mereka yang memiliki standar ekonomi berkelas, hidup di kota besar dan hanya terobsesi untuk bekerja di perusahaan asing bergaji tinggi. Lalu siapa yang akan membangun negeri ini? Siapa yang peduli dengan nasib daerah yang tertinggal,” katanya.

Herry menganalogikan, pendidikan di ITB bagaikan restoran bagi tukang becak. “Tukang becak merasa takut masuk restoran cepat saji karena
merasa bukan kelasnya. Padahal di dalamnya ada kok yang harganya 5 ribu. Tapi karena tidak diketahui, ya tetap saja segan,” katanya.

Sebelum melakukan longmarch, mahasiswa berkumpul di Campus Centre, mereka pun mengisi spanduk putih berukuran 1×5 meter dengan aspirasi mereka.

Pendapat yang mereka tuliskan diantaranya ‘Jangan Ragu masuk ITB’, ‘Orang miskin harus sekolah’, ‘Sekarang ITB kalah pamor sama universitas lain, penyebabnya: Mahal!’, ‘Tunjukkan diskonnya, bukan 55 jutanya’, ‘ITB bukan hanya tempat orang berduit’, ‘ITB nya mas ITB nya mas. Murah Murah mas’.

Saat ini rombongan mahasiswa yang dominan menggunakan jas almamater tersebut bergerak berkeliling kampus untuk kemudian ke Gedung Rektorat. Rencananya mereka akan menyampaikan Petisi 55 pada pihak rektorat.
(tya/avi)
href=”http://bandung.detik.com/read/2011/02/25/162435/1579482/486/biaya-mahal-ratusan-mahasiswa-serukan-jangan-takut-masuk-itb”>
rujukan klik<a

Secara umum seperti itu aksi yang saya ikuti tadi sore. Kesan dari saya, inilah titik balik bargaining position mahasiswa kembali pada tempatnya. Kita bukan cuma bisa belajar dan bermain di kampus. Tapi kami bisa berbuat lebih dari itu. Ini sekali lagi hanya titik balik. Keterbukaan rektorat dengan kita masih sangat dibutuhkan.

Untuk ITB yang lebih baik dan Indonesia yang lebih baik.. Untuk Tuhan Bangsa dan Almamater!!

Satgas Pendidikan Untuk Isu SNMPTN ITB


Satgas Pendidikan Kabinet KM ITB terkait isu SNMPTN
Latar Belakang : Tahun ini, ITB mengambil kebijakan bahwasannya seleksi masuk ITB dilakukan secara nasional bekerjasama dengan panitia SNMPTN. Kebijakan yang diambil berimbas pada ITB memberikan kuota masuk 100% untuk SNMPTN. Nah, berarti USM dihilangkan.
Masalah yang muncul : Dengan adanya kebijakan itu ITB membagi menjadi dua kuota masuk, yaitu : 60% SNMPTN jalur undangan, 40% jalur seleksi test.
Yang paling mencuat dari keputusan itu adalah, bahwasannya ITB membebankan biaya pendidikan kepada seluruh calon mahasiswanya sebesar 55juta untuk BPPM dan 5juta tiap semester untuk BPPP. Hal itu dirasakan memberatkan sekali. Menyebabkan kontroversi diberbagai media dan kajian di beberapa elemen masyarakat terutama masyarakat mahasiswa.
Sebenarnya ITB dibalik memberikan pembebanan itu semua juga merumuskan biaya keadilan bagi beberapa calon mahasiswa. Antara lain; 20% dari total untuk yang mendapat subsidi 100% seluruh biaya, ada subsidi dengan kelipatan 25% mulai 25-75% BPPM. Namun pada kenyataannya ITB tidak memeberikan semacam pencerdasan kepada masyarakat sehingga terbentuk sebuah opini dalam masyarakat bahwa ITB itu mahal sekali.
Oleh Siapa Gerakan Ini?
Oleh seluruh massa kampus ITB yang merasa hal diatas bukan hal yang pantas untuk diremehkan. Melalui gerakan pencerdasan ditargetkan hal ini bisa dirasakan seluruh elemen kampus ITB.
Apa wujudnya?
Gerakan masip seluruh massa kampus untuk mendobrak Rektorat segera menjawab opini yang sudah terbentuk di masyarakat.
Dalam hal ini Kabinet KM ITB dari beberapa kementrian di dalamnya mengadakan gerakan sinergis dalam usaha mewujudkan sikap mahasiswa sesungguhnya yang tanggap, kritis, dan solutif atas masalah yang terjadi dalam masyarakat terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan kampusnya.
Dalam hal itu dibentuklah beberapa Satuan Tugas(SATGAS) dari beberapa himpunan yang concern atau tanggap terhadap isu ini. Dalam satgas dibagi mnjadi 3 satgas pokok yang akan menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya masing-masing.
1. Satgas Petisi
Bersama kementrian Kajian Strategi kita membentuk langkah awal berupa petisi yang nantinya bakal digunakan sebagai alat utama mengatasi masalah yang timbul di atas.
2. Satgas Media
Bersama kementrian Kominfo mereka akan membuat rangkaian media komunikasi yang dapat mensuasanakan gerakan ini kepada masa kampus sekaligus membantu publikasi yang nuansanya lebih mengarah ke ‘mengajak’ siswa-siswi untuk tidak takut masuk ITB.
3. Satgas Aksi
Bersama kementrian Sospol dan Penkesma mereka mengadakan segenap kegiatan yang sifatnya aksi(bukan turun ke jalan, meski mungkin akan seperti itu) seperti teatrikal, panggung seni yang sifatnya menyinggung dan sekaligus eksekutor yang dikaji oleh Satgas Petisi dan konten yang disampaikan oleh satgas media. Tim inilah yang akan menjadi titik berat satgas selaku perwakilan massa kampus yang bersentuhan dengan pihak rektorat.

Progres masing2 satgas akan dipaparkan oleh uraian sebagai berikut:
Untuk seluruh satgas dari masing-masing lembaga sudah harus melakukan konsolidasi dan pencerdasan mengenai isu yang akan kita angkat. Bentuknya bisa semacam forsil atau kopsor.
Satgas petisi dalam hal ini bisa juga disebut sebagai konten maupun materi telah sampai pada pembuatan rancangan petisi yang akan kita ajukan ke Rektorat. Adapun kontennya sebagai berikut:
1. Rektorat wajib memberikan klarifikasi resmi mengenai transparansi dan pertimbangan tentang beban biaya pedidikan kepada calon mahaiswa baru.
2. Rektorat wajib menginformsikan perihal syarat-syarat apa sajakah yang harus mereka penuhi untuk mendapatkan subsidi yang berbentuk potongan sebesar kelipatan 25 persen.
3. ITB wajib mengedepankan kemampuan akademik dalam menyeleksi mahasiswa baru dan mensosialisasikan adanya subsidi-subsidi yang bisa diterima oleh calon mahasiswa yang diterima.
4. Rektorat dalam menjalankan tuntutan ketiga diatas diwajibkan mengadakan Konferensi Pers.
5. Rektorat harus mengadakan forum evaluasi terbuka bersama terkait dengan penerimaan mahasiswa baru tahun 2011.
Tim satgas petisi belum menentukan tenggat waktu maksimum yang harus dipenuhi oleh Rektorat untuk menjalankan petisi diatas. Hal itu akan dibahas dalam pertemuan satgas hari berikutnya.
Keyword : Massa kampus yang massiv, solid dan satu suara!!
Informasi tambahan yang penting sebagai bahan pengetahuan massa kampus perihal kajian diatas.
Kata seorang dosen Material(lupa siapa namanya saya), bahwasanya di ITB itu nggak jelas aliran pembiayaan kuliah dari ITB dari sektor kemitraan. Misalkan ada sebuah riset dimana melibatkan seorang dosen, dana hak cipta yang harusnya jelas alirannya ke ITB dan ke dosen itu sendiri menjadi samar. Pasalnya pada kenyataannya ada dosen yang melakukan riset dia tidak mendapatkan royalty karena masuk ke kas ITB, ada juga riset yang justru dana royaltinya masuk ke perusahaan dan pribadi dosen itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan ITB kewalahan mengatur biaya perkuliahan yang harusnya dibebankan kepada mahasiswanya.
Adapun partisi sumber pembiayaan yang dikeluarkan oleh ITB: 30% dari pemerintahan, 70% dari mahasiswa. Secara nominal sekitar 108jutaan dan mahasiswa dibebani sekitar 90jutaan. Harusnya ITB bisa menutupi subsidi untuk biaya dari mahasiswa melalui sumber pendanaan kemitraan dengan pihak luar.
Hal ini yang berbeda dengan kampus-kampus lain yang telah banyak mengadakan mitra dengan berbagai pihak luar dengan berbagai program misal UI dengan program non regulernya, vokasi, ekstensi, UGM dengan D3, ekstensi dll. ITB benar-benar tidak ada hal sepert itu.
Atas hal itu, kita sebagai mahasiswa tidak perlu takut karena kita memegang peranan penting dalam keberjalanan pendidikan di kampus ini(kita membayar mahal). Kita ini bukan inferior, tapi kita ini superior. Semangat kawan-kawan.
Sekian saja pemaparan dari saya, karena sifatnya masih subyektif maka mohon maaf bila banyak kata-kata yang kurang berkenan, itu semua murni dari saya. Dan apabilaa ada kesalahan penyampaian fakta-fakta, mohon koreksinya. Itu akan sangat membantu sekali dalam perbaikan-perbaikan untuk saya ke depannya.
Oh iya satu saja pesan saya, kita jadi mahasiswa udah mahal-mahal segitu masa lulus cuma mau jadi buruh-buruh di perusahaan multinasional dan asing dengan gaji yang bisa dibilang sekedar cukup? Jadilah lulusan yang benar-benar siap merubah wajah bangsa ini ke arah yang lebih baik. Mau jadi buruh aja ngapain bayar mahal?

Thoriqul Huda

Sebuah Malam di Bandung


Selesai juga malam ini. Lumayan awal untuk aku yang biasanya pulang jam 10 lebih. Ini baru jam setengah delapan bung.

Aku lapar dan nampaknya aku harus segera mengisinya. Aku tahu dimana tempat yang tepat untuk mengisi perut ini. Sop ‘Beneran’. Sudah lima hari tk ke warung itu, padahal biasanya paling tidak tiga hari sekali, bahkan dua hari sekali. Sepanjang jalan sendiri. Diterangi lampu-lampu jalanan kota Bandung yang sering diprotes warga karena kurang terang. Bandung tak seterang Tokyo memang.

Jalanan beku, dingin mulai merasuk. Amplitudo akhir-akhir ini memang yang paling tinggi. Siang orang berangkat kuliah dengan kepanasan, malam kedinginan sekali gara-gara siang lupa tak bawa jaket. Untung aku selalu bawa jaket. Adalah kebodohan jika anak jurusan meteorologi sampai salah kostum yang orientasinya pada cuaca. 🙂 Dingin hanya menerpa muka, tapi tetap tak sedingin Tokyo.

Sebuah sop aku pesan. Sop adalah yang paling favorit bagiku di warung ini. Mungkin karena suasana dinginnya Bandung. Wah, nampaknya penuh sekali. Aku duduk di depan yang tanpa meja itu. Kulayangkan jauh ke ujung dalam, penuh manusia-manusia. Terletak di sebelum ujung, seorang gadis kecil melihat ke arahku. Aku mencoba menafsirkan, siapa dia. Apakah aku menegnalnya. Aku mengamati, nampaknya dia langsung memalingkan pandangannya. Ah, aku tak kenal, aku samasekali tak mengenalnya. Lalu kenapa dia melihatku begitu.

Akhirnya orang yang ada diujung lekas beranjak sebelum pesananku jadi. Aku langsung pindah ke paling ujung, ujung setelah gadis yang tadi. Aku selidiki lagi, ternyata memang aku tak mengenal dia. Dia sering menoleh entah mencuri pandang. Rupanya aku tutupi mukaku dengan seeksemplar koran, sesekali mengintip. Beritanya ada 3 pemain yang harus dicoeret dari Persib karena mreka sudah tak betah. Daniel Roekito mencoret pemain-pemain level timnas asia. Dua dari Singapore, Baihaqi dan satunya lupa, yang terakhir Nova Vava Arianto, punggawa timnas kita.

Aku sebentar saja membaca koran, kemudian aku tutup, pesanan kunjung tiba. Aku langsung saja menyantap. Hangat dan nikmat. Aku lihat lagi gadis tadi, oh iya dia sendirian. Dia sedang menikmati mi gorengnya. Ah, dasar perempuan sukanya mie goreng. Padahal aku tak perlu ke warung kalau mau makan mi goreng. Aku kira-kira dia anak ITB. Iya lah dia pakai bawahan training olahraga yang dari ITB. Trus dia pasti adik angkatanku. Oh mungkin dia tertarik dengan jaket yang aku kenakan. Ah jaket, mengapa pula ini jaket. haha

Aku nikmati sopku, semangkuk sop ayam dan nasi plus krupuk dan sambal. Porsinya tepat sekali untuk kami mahasiswa. Terlebih lagi itu murah. Ditemani seorang gadis yang memperhatikan jaketku yang tak kukenal dan tak kuajak bicara. Hidup kadang terlalu indah untuk mengakhiri hal-hal seperti ini dengan menyapa dan ngobrol. Makan tanpa bicara lebih nikmat dan lebih bermakna.

Selesai sudah makanku. Dia sudah selesai juga menutup makannya dengan es buah. Menu yang agak aneh untuk malam yang dingin ini : Mie Goreng ditambah Es Buah. Kemungkinan besar dia bukan anak farmasi atau biologi, atau memang karena dia masih TPB. Dia beranjak, aku tak lama juga beranjak. Entah kenapa dia melewati jalan yang sama. Aku dibelakangnya seolah-olah mengikuti. Dia sekali menoleh ke belakang, aku masih agak jauh.

Sampai turun di gang, dia masuk di gang yang sama. Ah, saat-saat itu memang aneh. Ada gadis yang kebetulan setengah jam lebih kulihat. Dijalan itu jarak kami tak sedekat di warung. Tapi pandangan masih sampai untuk bisa melihat sosoknya dari jarak dua puluh meter.

Dia lari masuk ke kosannya. Oh, itu dia rupanya kosannya. Kosan yang lebih mirip flat seperti yang ada di Kairo. Lingkungan ini rasanya jarang ada perempuan yang mau kecuali dia adalah orang yang kuat dan sederhana. Kosanku masih agak jauh menuruni tangga lagi. Tangga yang curam sekaligus berkelok-kelok. Kosanku ada di ujung. Ujung yang sudah mendempel dengan Sungai Cikapundung.

Aku sampai, aku hidupkan handphoneku yang telah tercolok ke sumber arus. Sejak tadi siang HPku mati dan aku lupa tak bawa charger. Sekaligus aku buka laptopku, saatnya membuat surat cinta.Surat cinta untuk Indonesia.
Baru separagraf kutulis surat itu, handphone berdering keras. Seorang rekanan dalam organisasi.
“Halo, kamu dimana?” Tanya dia
“Di kosan. Tadi jam 7 kutungguin tapi nggak ada. Aku langsung balik.”
“Sekarang ke Gerbang Sipil deh,” perintah dia.

Laptop aku tutup.
“Memang belum saatnya pulang.” Dalam batinku.

Pandangan Tentang Kejadian Pembakaran WC dan Penggantungan Kepala Babi di ITB


Berikut adalah text berita yang dilansir bandung.detik.com:
Heboh Kepala Babi dan Kebakaran di ITB
Bandung – Kampus ITB dihebohkan dengan kabar teror. Ditemukan kepala Babi yang sudah terbakar digantung di dekat kolam Indonesia Tenggelam, yang berada di tengah kampus. Tak hanya itu, beberapa toilet juga ditemukan dalam kondisi terbakar.

Masih belum jelas, siapa yang melakukannya dan apa latar belakangnya. Namun yang jelas info terkait kepala babi dan kebakaran di kampus ITB ini tengah jadi perbincangan hangat di dunia maya.

Di situs kaskus misalnya, akun bernama gurunnevada memposting kabar tentang temuan kepala babi dan kebakaran tersebut lengkap disertai foto-fotonya. bahkan ia memberikan sejumlah informasi terkait kejadian tersebut. Misalnya waktu kejadian di prediksi terjadi pada Rabu dini hari.

Dalam postingannya itu, ia juga menyertakan beberapa foto yang belum dipastikan apakah itu hasil jepretannya sendiri atau berasal dari sumber lain. Ruangan yang terbakar di antaranya Labtek V lantai 2 depan Lift, Labtek VIII, Toilet lantai 1, belakang comlabs dekat saluran AC dan kamar mandi TVST.

Bahkan ada 2 foto yang memperlihatkan kepala babi yang sudah terbakar digantung hingga kemudian diturunkan. Kepala babi terlihat seperti mirip dengan kepala anjing. Total ada sekitar 10 foto yang dipasang dalam postingannya itu.

Begitu juga di situs jejaring sosial twitter, di akun @itweetb sekitar 4 jam lalu memposting “Hari ini sekitaran Labtek V heboh oleh adanya kepala babi digantung dan ‘kebakaran’. Ada apa sebenarnya? Kami pun kurang tahu :)”, begitu tulis admin akun tersebut. Selanjutnya ia kembali memposting “Yang pasti, kepala babi digantung itu diturunkan sekita pukul 13.00 tadi oleh 2 orang satpam. Dimasukkan kedalam plastik hitam :),” lanjutnya.

“Lokasi kepala babi ada yang bilang di jembatan Labtek FT-KL ke IF, menghadap ke Indonesia tenggelam :)” tweet @itweetb kemudian.

Hingga saat ini di twitter pun masih ramai membahas ini.

Menurut Salah seorang mahasiswa ITB yang tak mau disebutkan namanya pada detikbandung membenarnya adanya kabar bahwa ada kepala babi yang digantung di kampus ITB. Bahkan menurut info yang ia terima, kepala babi yang ditemukan bahkan juga ada yang ditemukan di dalam selokan.

“Iya, katanya ada kepala babi yang digantung di kolam. Sama ada juga yang nemuin di selokan,” katanya. Namun ia mengaku tak melihat langsung.

Selain itu, beberapa WC di dalam kampus ITb ditemukan dalam kondisi terbakar. “Ada beberapa WC kondisinya terbakar,” katanya.

Ia pun menduga, aksi seperti itu dilakukan karena adanya kisruh internal di ITB.
http://bandung.detik.com/read/2011/02/16/195221/1572435/486/heboh-kepala-babi-dan-kebakaran-di-itb
Sebagai mahasiswa yang berada dalam lingkup ITB saya kecewa dengan media massa jaman sekarang. Mungkin banyak sudah sekarang editor-editor berita yang sembarangan menampilkan redaksi-redaksi yang kurang berguna bahkan tak bernilai positif. Cenderung provoktif.

Membaca judul artikel diatas, siapa yang tidak gempar dan siapa yang tidak heran akan berita tersebut. Kampus ITB yang biasanya terkenal dengan kekondusifannya kini gempar oleh pembakaran dan kepala babi panggang. Misal saya sebagai orang awam, sudah pasti saya menduga ada hal yang gawat dari kampus ganesha tersebut. Mungkin mereka berpikir akan ada gerakan besar-besaran yang mengancam. Atau protes yang ekstrim, bahkan revolusi.

Saya yang biasanya sering pulang malam dari kampus itu, merasa tidak ada hal yang aneh baik pada malam rabu kemarin maupun malam kamis kemarin. Semenjak berita diatas rilispun saya masih lewat labtek V dan VI dengan biasa saja sendirian. Kondisi mencekampun tidak pernah saya rasakan.

Judul diatas saya rasa tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Masalah bakar-bakaran dan kepala babi yang digantung kemarinpun sudah ditindak oleh aparatur ITB. Kata-kata terror juga mungkin kurang tepat megingat kampus ini memang sebuah institusi pendidikan yang tidak pernah dilibatkan aksi terror dan lain-lainnya.
Hal-hal diatas membawa dampak yang sangat besar kalau kita kaji lebih lanjut.
1. Terpecahnya Konsentrasi Mahasiswa
Suasana belajar kondusif paling tidak sangat mempengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa. Adanya berita yang sampai masuk berita daerah dan bisa diakses oleh nasional ini pastilah membuat penasaran mahasiswa-mahasiswa dan nantinya pasti banyak pertanyaan dari teman-teman mereka di kampus lain perihal isu ini. Dengan begitu isu ini menjadi perbincangan mahasiswa beralih dari belajar menjadi hal tidak berguna semacam ini.
2. Hubungan Mahasiswa Rektorat
Secara tidak langsung, ini akan membawa dampak makin tidak harmonisnya mahasiswa dengan pihak rektorat. Bagaimana tidak, adanya isu ini akan membawa nama jelek ITB dihadapan nasional maupun internasional. Pastinya orang-orang rektorat akan bergerak cepat dan semakin mencurigai mahasiswa sebagai actor atau dalang perbuatan yang tidak ada gunanya ini.Posisi kemahasiswaan mau tidak mau akan mndapat perhatian khusus.
3. Turun Image ITB
Adanya hal seperti ini pastinya akan menambah corengan buat kampus ITB. Pada hal ini pasti yang disoroti adalah pihak keamanannya. K3L, Satpam, dan sekuritas lain pasti dipertanyakan kinerjanya, lalu merembeh ke satu ITB. Lagipula bagi mahasiswa, ITB yang sejak jaman dahulu adalah terkenal dengan orang-orang inteleknya, masa mahasiswanya mau melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat dan destruktif seperti itu. Orang pintar main bakar-bakar.
4. Siswa SMA yang Ingin Masuk ITB
Belum tuntas masalah ITB yang sedang dipertanyakan kejelasannya mengenai biaya kuliah yang makin membumbung tinggi, siswa-siswi SMA yang dulu bercita-cita masuk ITB makin gentar pastinya mendengar berita seperti ini. Udah susah masuk, bayar mahal, masa di kampusnya ada bakar-bakaran dan ada penggantungan kepala babi secara tidak senonoh begitu.

Pada dasarnya sebuah media massa sudah seharusnya mewartakan berita-berita yang jelas sumbernya, bukan situs-situs forum yang belum jelas kepastiannya. Memang susah menjadi media yang baik. Yang memberikan berita apa adanya tanpa menambah sensasi si setiap jengkal kalimatnya. Peilihan kata yang provokatif harusnya tidak boleh untuk sebuah media terpercaya di ranah nasional. Bukan sekedar popularitas, namun kualitas. Banyak media massa yang hanya mengejar iklan-iklan denganmembuat lebay berita-berita yang mereka sampaikan. Media Massa yang seharusnya punya tujuan memcerdaskan masyarakat dengan berita-berita berkualitas, eh ini malah memberitakan hal-hal yang kian negatif.

Pada dasarnya menjadi mahasiswa yaitu berpikir jernih untuk memutuskan sebuah permasalahan, bukan berpikir pendek dengan mengorbankan segala resiko yang pada akhirnya akan membawa kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Mempunyai dasar berpikir kuat adalah kewajiban seorang mahasiswa. Misalkan pelakunya benar-benar mahasiswa , alangkah malunya kemahasiswaan kita. Sejauh kita mendapat kaderisasi di kampus ini, kami tak pernah diajarkan hal seperti itu. Kemunduran total ada pada kasus ini.

Untuk pelaku, saya harap kalian segera sadar, misalkan dia benar mahasiswa, kalian adalah generasi yang berani tapi anda salah konsep. Bukan melalui aksi nggak jelas seperti itu. Itu akan sangat merugikan mahasiswanya sendiri, dan mahasiswa lain..

Untuk misalkan pelakunya dari bukan mahasiswa, sungguh anda sangat rugi melakukan hal seperti itu. Benar2 nggak ada gunanya. Atau memang hal ini disengaja untuk memperburuk citra ITB. Hal ini saya kutuk dengan sejahat-jahatnya kutukan. Mari kita junjung jiwa ksatria jangan sekedar berani berbuat dibelakang.

Gajah Yang Kian Perkasa


Aku mahasiswa miskin, dibawah naungan Gajah yang nampaknya makin perkasa. Perkasa yang membutakan nasionalisme, Perkasa yang menggunduli bulu keberanian yang selalu menebar, Perkasa karena ditopang oleh modal-modal orang kaya. Sang Gajah hendak terbang menggantikan Garuda kah? Atau Sang Gajah hendak dijual ke saudagar kaya demi mengangkut dagangannya menyebrangi asia?