Gelisah Pada Petir

Tirai mendung-mendung masih menutupi,
Kelabu sore tiada senja,
Pentas tutup lebih awal.

Kini kelabu jadi pekat hitam,
Seakan mati, langit tak bercahaya,
Entah itu gemintang dan sabit ataupun purnama rembulan.

Tengah malam guntur menggelegar,
Menggelisahkan yang melek,
Melelapkan yang tepar.

Aku bukan yang tepar,
Aku gelisah akan kapan datang pagi,
Sehingga kilat tak nampak mencekam.

Entah kegelisahan macam apa yang membuat aku larut dalam kegelisahan petir.
Membuat aku tak kunjung memejamkan mata,
Membuatku tak kunjung bermimpi pelangi sore bersamamu.

Apakah engkau bisa jawab wahai kilat yang sekejap?
Apakah engkau bisa bicara selain menggemuruh wahai Guntur?
Apakah engkau wahai kegelapan bisa membuatku takut membuka mata?

Bila pagi tak kunjung datang,
Apa harus kuberlari mengejar matahari?
Biar kegelapan ini menjauh,
Biar kudapatkan cahaya terang siang.

Lampu-lampu itu semu,
Lampu-lampu itu akan padam kala bumi ini hancur,
Namun matahari masih bersinar walau tak ada bumi sekalipun.

Tinggalkan komentar