Aktivis atau Entrepreneur?

Aktivis Atau Entrepreneur?

Sentilan itu muncul ketika teringat filosofi toples dan bola golf dan pasir yang di bawakan oleh Mas Sofyan. Beliau bilang jangan hanya isi toples kita itu dengan bola golf, karena bakal ada ruang kosong di sela-sela bola golf tersebut, namun jangan juga hanya diisi dengan pasir, tanpa ada bola golf disana, karena ketika ditumpahkan si toples tersebut, maka pasir akan mengalir tak tersisa. Tapi ketika kita isi dengan bola golf dengan sela-sela itu diisi dengan pasir lalu kita tumpahkan maka akan tersisalah itu bola golf dalam toplesnya.

Ketika sekarang sebuah keadaan menghadapkan kita untuk memilih prioritas. Sekarang bukan sekedar prioritas bola itu segede bola golf ataukah segede pasir. Sekarang saatnya memilih prioritas jenis, ataukah bola golf, ataukah bola pimpong, ataukah kelereng? Kemarin masih sempet ikut mengiyakan bahkan dengan nada menyalahkan, beberapa kawan-kawan di unit yang tidak fokus, punya beberapa cabang pikiran: Fokus di unit atau belajar mandiri melalui usaha masing-masing.

Sebagai insan akademik segala yang kita ambil haruslah sesuai dengan pertimbangan yang matang, ketika dihadapkan secara langsung untuk memilih tentu berat juga. Beberapa hari yang lalu masih semangat ini muncul untuk jadi aktivis kegiatan kemahasiswaan, mungkin di unit dan himpunan. Atau di kemahasiswaan terpusat. Mungkin untuk saat ini masih berkeinginan fokus turut membangun yang ada.

Kamis pagi tadi kuliah agama dimulai jam 9. Alurnya terus maju hingga kita menjumpai sebuah share kisah kemandirian dari Saudara Fajar Cipta TK09. Dia bercerita mengenai kemandiriannya, bagaimana dia kini sudah tidak menggantungkan kebutuhannya kepada oranglain, apalagi orangtua. Dosen agama selaku moderator secara langusng kemudian membawa kita ke sebuah Muhasabah. Akhirnya teringat semua kembali impian-impian masa sebelum masuk kampus ini, kembali terbersit menjadi mahasiswa mandiri itu dalam pikiranku. Keinginan untuk segera lepas dari ketergantungan kakakku. Euforia kemahasiswaan secara langsung mengendur, niat-niat menjadi pemimpin di kegiatan kemahasiswaan mulai rontok. Ambisi-ambisi itu bagaikan kerupuk yang disiram air.

Siang itu juga pikiranku resah: Manakah yang akan kujadikan bola golf? Manakah yang harus kujadikan pasir? Atau manakah yang akan kujadikan kelereng?

2 thoughts on “Aktivis atau Entrepreneur?

  1. nurind berkata:

    🙂 Manusia itu berkembang seiring dengan waktu, mulai dari keinginan, pandangan & pola pikir terhadap sesuatu. Dan memang harus berkembang, tak ada yang salah dengan itu. Intinya, jangan membatasi diri sendiri. Kita muda dan berbahaya :)) masih banyak yang bisa digali..
    hahahaha

  2. iqul berkata:

    yup, thanks kak. Bener banget,kita nggak boleh membatasi diri sendiri.. 🙂

Tinggalkan komentar